Tampilkan postingan dengan label #ProsaSelasa. Tampilkan semua postingan



Durasi Baca: 8-9 Menit
"Jadilah Satu, Jadikanlah Sesuatu"

Selasar ini tampak begitu lega.
Malam ini tenang, hembus angin buat sejuk suasana.
Pena dan tanganku serasi memadu aksara.
Padanan berbangsa, prestise nusantara, berkecamuk di kepala.

Sembilan windu kemerdekaan telah berlalu.
Sebentar lagi bertambah satu tahun, terang ayahku.
Namun di mana dirimu, masih saja ada yang tak tahu.
Mendengar namanya pun, jujur baru kali itu.

Belakangan, harum namamu semakin ramai diperbincangkan.
Merah putih warna kebanggaan berdiri gagah di nomor satu.
Kabarnya tidak hanya satu, mulai banyak anak bangsa yang unjuk kebolehan.
Gerangan apa saja adakah kau tahu? Mari kuberi tahu prestasi bangsamu.

Lihat pemuda dalam foto ini, kawan?
Fauzan Noor, piawai dalam seni beladiri.
Juara dunia karate, putra bangsa asal Kalimantan.
Dan tentang betapa hebatnya dia tak perlu kau ragukan lagi.

Tim Sepak Bola Robot Ichiro, kau tahu tentang mereka?
Juara piala dunia dan tiga penghargaan lainnya tak tanggung disabet oleh mereka.
Begitulah keterangan pers media saat berhasil menemui mereka di Soekarno-Hatta.
Senyum merekah tersungging di bibir selepas pulang dari Kanada.

Purnama malam ini hampir sempurna, sangat indah.
Menatapnya aku tak bergeming.
Adalah Hasna seorang gadis belia peraih juara 3 lomba internasional tilawah.
Mendengar bacaannya, alam seketika hening.

Aku jamin, satu ini juga tak kalah membuatmu terpana.
Atas keberhasilan tiga mahasiswa pastikan juara kompetisi kewirausahaan.
Itikad kuat, jadikan Tiongkok sebagai saksi bisu kemenangan meskipun baru kali pertama.
Mahal betul ide mereka, soal Buah Naga dan konsep pemberdayaan yang menjanjikan.

Di dua tempat berbeda pada ajang kompetisi yang sama.
Dua institusi pendidikan ternama tanah air raih prestasi paduan suara.
Agria Swara IPB, Telkom University Choir, serta Unpad Choir bawa naik harkat negara.
Di hadapan dunia, harmoni suara mereka punya nilai estetika sempurna.

Dan hari ini, insan mana yang belum mengakui kehebatan Zohri?
Melesat cepat di Finlandia, ukir sejarah baru untuk Indonesia pusaka.
Siapa pula tak tahu Duo Ahsan-Hendra jadi jawara lagi?
Setelah di Malaysia, lawan tak diberi ampun juga saat Singapura Terbuka.

Berbanggalah kawan! Hebatnya bangsa kita lebih dari sekadar yang aku sebutkan.
Tapi jangan hingga kau berjalan dengan kepongahan.
Hei, kau tahu berapa banyak negeri yang binasa saat mereka berlebihan dalam berbangga diri?
Tetaplah bersyukur dan selalu rendah hati.

Menatap kemudian hari, panjang umur perjuangan kian mendekat di depan mata.
Jangan redamkan kobaran asa yang terlekat erat dalam dadamu.
Nyalakan lagi dan terus lagi, mari buat guratan nan elok semasa energi Asia.
Jadilah satu, jadikanlah sesuatu.

HIA, MAR.
Sudan, Jatinangor.
30 Juli 2018, 11.15 WIB.

-0-0-0-

Baca #ProsaSelasa sebelumnya: Melek Aksara.
Filosofi #ProsaSelasa: Jadilah Satu, Jadikanlah Sesuatu.
   Mereka yang tidak bersemangat memulai pekannya akan mengisi hari-harinya dengan ragam keluhan, aneka alasan, dan macam-macam penghambat harapan lainnya. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya.
Semangat pagi! Karena ini Hari Selasa, berarti waktunya, #ProsaSelasa!
Selamat pagi penulis ucapkan dari ibukota negeri Dua Nil. Apa gerangan aktivitas kalian untuk hari ini? Jika belum ada, kunjungan kalian ke laman ini adalah suatu pilihan tepat. Dan jika kunjungan kalian ke laman ini adalah disela-sela padatnya agenda, semoga bacaan ini bisa sedikit jadi konsumsi ringan di waktu bekerja kalian. Hei kawan, tubuh perlu istirahat dan wawasan kita perlu asupan juga. Inspirasi bisa datang darimana saja.
‘Ala kulli haal, terimackasih atas kunjungannya.
So, Selasa pekan ini sajian #ProsaSelasa kita adalah mengenai perolehan prestasi Ibu Pertiwi di panggung internasional. Setelah viral kemarin kumandang Indonesia Raya menggema di Finlandia. Podium satu untuk pemuda Nusa Tenggara Barat, Zohri. #ProsaSelasa kali ini menggubah Zohri-Zohri lainnya. Pada bidang-bidang lain, tapi tetap sama membanggakan!
Tahukah kalian bangsa ini piawai di beraneka ragam bidang? Apa saja? 
Mmm, agaknya #ProsaSelasa sebelum ini belum banyak memberi perubahan bagi kita. Ternyata kita masih belum sepenuhnya ‘Melek Aksara’. Tapi it’s ok, selama kita tetap mau berusaha semangat membaca dan giat berkarya. 
Nah, mari kita mulai dari seorang pemuda asal Kalimantan, Fauzan Noor. Piawai dalam seni bela diri, Karate. Berhasil menjadi juara dunia di Praha. Kisahnya terjadi beberapa bulan sebelum Zohri mencuri perhatian khalayak ramai. Dengan keterbatasan dana yang dibawa Fauzan, kekuatan tekad dan semangat juangnya berbuah manis. Coba kalian tengok gambarnya di internet, jangan terkaget-kaget melihat lawan tandingnya di partai final.
Lalu jika berbicara tentang sepak bola. Siapa tak tahu kalau Perancis memang juara pertama dalam Piala Dunia 2018? Tapi dalam kejuaran sepak bola robot, Tim Sepak Bola Robot Ichiro karya para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) adalah juaranya. Ya, mahasiswa-mahasiswa tulen Indonesia. Telah dicatat sejarah. Juara Piala Dunia Robot 2018 dan Kanada hari itu sebagai tuan rumahnya. Hebat bukan?
By the way, apakah di sini masih ada yang ingat prestasi yang pernah diperoleh semasa SMP? Mungkin bagi seorang Hasna Shafwatul Azizah, perolehan prestasinya ketika masih duduk di bangku SMP tak akan pernah terlupa. Spesial. Bagaimana tidak, gadis 13 tahun asal Sukabumi itu mendapatkan peringkat 3 lomba Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) Internasional di Abu Dhabi. Nah jadi pesan moral untuk bait ini adalah...
“Apabila dibacakan kepada kalian Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kalian mendapatkan rahmat” (QS. Al-A’raf(8):204)
Untuk setiap buah akal yang baik memang selalu akan menghasilkan cipta karya yang baik pula. Adalah tentang tiga mahasiswa asal salah satu universitas di Malang yang berhasil menjadi juara dalam kompetisi kewirausahaan yang diselenggarakan di Tiongkok. Pemberdayaan yang menjanjikan dalam budidaya dan pengolahan hasil alam Buah Naga. Kali pertama ikut serta dan langsung menjadi sebuah awal yang gemilang. Harap dan cita untuk tumbuhnya perekonomian nusantara.
Di bidang seni musik, Agria Swara IPB, Telkom University Choir, dan yang terbaru Unpad Choir kian jadi sorotan Internasional juga. Swiss, Austria, Serta Bali berkesempatan menikmati alunan harmoni grup vokal dari ketiga tim paduan suara ini. 
Kira-kira kalau kita buat grup paduan suara juga gimana menurut kalian? Sahabat setia pembaca #ProsaSelasa ada yang punya suara sopran, alto, tenor, bariton atau bass? Hehehe.
Oke, last but not least. Zohri. Hari ini insan mana yang belum mengakui kehebatan dan kecepatannya saat di Finlandia. Pemuda Nusa Tenggara Barat yang sukses mencatatkan namanya dalam sejarah baru Tanah Pusaka Indonesia. Ada pula kisah juang Duo Ahsan-Hendra. Pasangan ganda pebulutangkis tanah air yang juga gemilang memberikan hasil terbaik dan paling baik saat kejuaraan badminton Singapura Terbuka 2018 kemarin. 
Sebenarnya, masih banyak lagi prestasi Indonesia lainnya. Tetapi melihat ke depan, paling dekat ini Indonesia akan dihadapkan dengan perhelatan Asian Games di Jakarta dan Palembang. Mari sama-sama kita sokong penuh putra-putri terbaik bangsa yang berlaga di sana. Semoga sukses dan mendapatkan hasil terbaik!
Terima kasih untuk para jawara atas prestasi dan dedikasinya. Tak lupa juga untuk diri kita semua, kampiun di cerita kita masing-masing. Pastikan semangat berkarya dan jiwa optimis itu selalu tetap terjaga. Selamat menikmati, dan sampai jumpa di #ProsaSelasa selanjutnya ya! 
Salam!

Durasi Baca: 5-5 Menit
“Melek Aksara”

Sepanjang malam aku terjaga.
Menyusun sebuah sajak kecil dan sederhana.
Namun hingga mentari terbit di timur cakrawala.
Kalimat pembuka pun tak mampu aku  selesaikan seluruhnya.

Hingga aku pergi meniti hari.
Namun sama; tidak aku temukan juga di luar sana.
Di mana kata-kata mengumpat sembunyi.
Bukankah seharusnya bersama penyair dan mahakaryanya.

Ada apa kini, kebiasaan baca mulai berjarak.
Cerita dongeng mulai jauh dari anak-anak.
Kitab suci banyak jadi pajangan di rak rumah.
Kutipan di dalamnya sekarang hanya sebatas cinderamata mewah.

Adakah kita tahu perihal tingkat literasi bangsa ini mengkhawatirkan?
Dibilangnya pada angka enam puluh dari enam satu dalam rentetan.
Belum lagi, soal minimnya produksi buku yang tak kalah memiriskan.
Tengok saja bangsa sebelah, jangan tercengang jika bedanya dibandingkan.

Kenapa seakan dibiarkan saja? Tanya mereka selalu begitu.
Sedangkan perkara literasi sudah dicerdaskan pemerintah bahkan semenjak sebelum subuh.
Sayangnya belum usai kebijakan satu, datang lagi penguasa yang baru.
Akankah kita terus mengeluh dan saling menuduh?

Aku khawatir, banyak lembar telah kubaca, namun sedikit hikmah dan nilai di dalamnya.
Apa ini salahku? Yang dengan bacaan bermutu tak terbiasa.
Atau memang telah habis masa? Negeri ini telah kehabisan ide tema untuk karya-karya terbaiknya.
Oh sungguh, betapa nelangsanya.

Berapa jumlah kebijakan pemerintah yang belum selesai dijalani sudah kita kritisi.
Bukan agar lebih baik, melainkan protes hendak segera diganti.
Ayolah, sampai kapan ikhtiar kita akan tidak sejalan?
Pemerintah berusaha menyediakan yang terbaik, sedang dari warganya sendiri tak kunjung ada perubahan.

Mulailah membaca, agar kelak hadir dan lahir para cendekia.
Mulailah menulis, agar sejarah abadikan selamanya.
Mulailah bersyair, agar semakin kuat senandung semangat dalam jiwa.
Mulailah, karena sekarang inilah waktunya.

HIA, MAR.
Sudan, Jakarta.
16 Juli 2018.

-0-0-0-

Baca #ProsaSelasa sebelumnya: 5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca
Filosofi #ProsaSelasa: Melek Aksara.
AH! Sudah lama tidak. Akhirnya setelah sekian banyak purnama terlewati, dengan senang hati saya mengumumkan, #ProsaSelasa kembali rilis lagi. Semoga tidak kaku dalam penulisan dan bisa kembali istiqomah di pekan-pekan selanjutnya. Aamiin.
Selasa kali ini, kami mengangkat suatu hal –entah ini fenomena atau bukan– yang berkaitan dengan literasi. Jika teman-teman mencari di mesin penulusuran apa itu literasi, maka akan didapati bahwa literasi adalah kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis.
Benarkah, dewasa ini kebiasaan membaca mulai luntur?
Menurut hasil penelitian The World’s Most Literate Nation yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (2016), menempatkan Indonesia di urutan ke-60 dari 61 negara sebagai negara dengan tingkat literasi atau minat baca rendah. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Ditambah data dari International Standard Book Number (ISBN) pada tahun yang sama, Indonesia tercatat minim soal produksi buku dengan hanya memproduksi 64 ribu buku per tahun. Berbanding jauh dengan Tiongkok yang memproduksi 440 ribu buku per tahun.
Kemudian, kita dengan entengnya bertanya, “Kenapa seakan dibiarkan saja?” alias parafrase lain dari pertanyaan, “Pemerintah kemana aja selama ini? Kemdikbud ngapain sih kerjanya?”. Padahal jika kita mau aktif mencari informasi, hal itu mudah saja karena akses yang sudah terbilang mudah. Soal gerakan mengirim buku gratis, pengembangan perpustakaan sekolah maupun daerah, hingga pengembangan kualitas sumber daya manusianya. Sudah coba tengok?
Belum ingin selesai di situ, kita menambahkan bumbu lagi, “Lagian sih, ganti menteri ganti kebijakan lagi”. Tidak ingin berpanjang lebar dalam perkara ini, baris terakhir pada bait tersebut menutupnya dengan, “Akankah kita terus mengeluh dan saling menuduh?”.
Lantas, benarkah dewasa ini kebiasaan membaca mulai luntur? Jawaban menurut kami, tidak sepenuhnya iya, namun tidak sepenuhnya tidak juga. Pemerintah tidak sepenuhnya salah, kita sebagai masyarakat pun tidak sepenuhnya benar menyoal ini.
Hal penting yang bisa menjadi solusi untuk permasalahan ini adalah mawas diri. Ya, mawas diri ini menjadi penting karena asasnya yang bukan saling tuduh, saling menyalahkan, dan saling merasa segala. Tetapi orientasinya ke evaluasi dan muhasabah, apakah sudah optimal dalam menjalankan program, apakah sudah optimal dalam mendukung kesuksesan program? Ayolah, sampai kapan ikhtiar kita akan tidak sejalan? Kecuali, kalau memang jalan di tempat adalah hal yang paling kita inginkan.
Terakhir, seperti biasa kami ingin mengajak teman-teman semua untuk ambil bagian dalam mendukung dan memajukan literasi bangsa Indonesia. Mulailah membaca, setidaknya dimulai dari hal yang kita sukai untuk kemudian beranjak membaca hal yang tidak hanya disukai lagi. Mulailah menulis, berkarya dan menjadi bagian penting dari abadinya sejarah. Mulailah bersyair dan mulailah hal itu semua dari sekarang. Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?

Nah, sekian filosofi #ProsaSelasa kali ini. Kalau dari teman-teman apakah ada tambahan atau bahkan sudut pandang berbeda? Boleh banget tulis komentarnya di bawah ya!


nb: Bagi yang tertarik ingin berkolaborasi juga di #ProsaSelasa ini, boleh banget email ke prosaselasa(at)gmail(dot)com dengan subject Nama – Mau Kolaborasi. Yuk berkolaborasi! 

Durasi Baca: 5-6 Menit

Selamat hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Ah, biasanya saya memulai kalimat sapaan tersebut kiranya di pertengahan postingan #ProsaSelasa. Tetapi perkenankan kalimat sapa tersebut saya sisipkan di awal sekaligus mengawali pada tulisan kali ini.
Tentu para sahabat pembaca blog saya merasa sudah tidak asing lagi dengan #ProsaSelasa, bukan? Ya, salah satu rubrik mengenai prosa-prosa yang diterbitkan setiap hari Selasa –meskipun belum rutin setiap pekannya semenjak kali pertama diterbitkan. Prosa yang bisa dibilang bahasannya akan menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan. Hal itu bisa tergambar dari beberapa prosa yang sudah berhasil atau bahkan nantinya dinikmati oleh sahabat pembaca sekalian.
Kiranya, selama enam bulan umur blog saya yang baru ini, sudah berhasil tercipta sembilan #ProsaSelasa beraneka ragam temanya. Dengan jumlah yang terbilang demikian, bisa dikatakan bahwa hal itu masih jauh dari kata ‘produktif’. Bahkan, saya belum puas diri telah menerbitkan sembilan prosa. Namun, saya –pun karib saya– tetap bersyukur bisa menciptakan prosa-prosa yang terbilang luar biasa karyanya. Besar harap saya, esok atau lusa akan tercipta lebih banyak lagi prosa di hari Selasa yang tak kalah luar biasa dibanding sebelumnya.

Kabar baiknya, pada tulisan kali ini saya akan membocorkan sekaligus mengulas kembali sedikitnya “5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca” oleh sahabat pembaca sekalian. Sudah penasaran prosa apa saja, bukan? Langsung saja ya disimak! Here they are.
1.    Sajak Agroekosistem


Prosa yang satu ini kurang lebih membahas seputar kondisi pertanian terkini. Oleh karena itu, tak perlu diragukan lagi jika prosa ini menempati urutan tangga pertama prosa yang paling banyak dibaca oleh sahabat sekalian.
Mengapa dikatakan begitu? Fakta mirisnya, ketika tulisan ini dibuat pun masih banyak segelintir orang –bahkan bisa jadi saya sendiri yang kuliah di Fakultas Pertanian– belum akrab dan kurang aware terhadap sektor pertanian. Sense of awareness-nya masih kurang. Mengutip apa yang telah saya tuliskan pada filosofi prosa ini,

“Padahal, banyak harapan dari apa yang ditanam oleh para petani. Padahal, sejatinya hidup kita tak terlepas dari segala komoditas pangan pada setiap harinya, bukan? Rasanya, selama manusia masih butuh makan, sektor pertanian akan selalu dibutuhkan dan dicari”.
Respon dari sahabat pembaca pun cukup antusias dan tak kalah menariknya. Misalnya ada komentar dari Bang Doni Jaelani, “Duh, gue sebagai lulusan kampus pertanian merasa tergugah ini. Emang sih, sekarang pertanian kita enggak kayak dulu lagi. Soalnya, Indonesia lagi ada di masa transisi dari negara agraris ke negara industri. Jadi, semakin sedikit sawah dan ladang. Di sisi lain, semakin banyak juga bangunan-bangunan perindustrian”. Masih banyak lagi komentar yang tak kalah menariknya. Masih ada harapan-harapan yang ingin mereka coba bangun dan realisasikan. Ah, semoga saja strata pertanian di negeri ibu pertiwi ini semakin baik seiring perkembangan zaman.
Jadi, setuju dong jika prosa ini paling terbanyak dibaca?

2.    Semoga Tidak Lagi Terjadi



Prosa yang menempati urutan kedua ada “Semoga Tidak Lagi Terjadi”. Prosa ini sebagai bentuk keresahan seseorang yang mewakili keresahan banyak orang. Prosa mengenai siap atau tidaknya menjadi sebuah negara maju. Berbicara tentang nasib bangsa. Selain itu, berbicara juga tentang harapan-harapan untuk tanah air, Indonesia.
Prosa yang tercatat rampung pada Januari 2015 ini setidaknya membahas dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat, politik dan ekonomi. Apabila dibandingkan dengan Sajak Agroekosistem, mungkin akan terlihat berbeda sekali makna yang tersiratnya. Di sini saya bersama karib saya mencoba untuk berekspresi lebih blak-blakan. Terinspirasi dari sebuah syair karya Taufik Ismail yang berjudul, “Malu Aku Jadi Orang Indonesia”. Namun, jantung prosa ini tetap berada pada di mana harapan-harapan akan sebuah kebaikan yang begitu didamba oleh khalayak ramai.

3.    Tentang Waktu



Dalam antrean ketiga ini berhasil ditempati oleh prosa berjudul Tentang Waktu. Prosa yang dibuat bukan dalam bentuk bait demi bait seperti biasanya melainkan dalam bentuk kontemporer.
Melalui kisah-kisah para sahabat nabi, saya mendapatkan inspirasi sehingga terpikirlah untuk membuat prosa yang bertemakan waktu. Singkatnya, suatu ketika Rasulullah SAW sedang memberi petuah kepada para sahabat-sahabat agar mereka lebih berhati-hati terhadap dua hal, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang. Oleh karena itu, Rasul bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).
Eh, sekarang sudah jam berapa ya? *Mendadak tanya jam*

4.    Paramasastra Ekonomi



Apakah pernah terbayang di benak sahabat, belajar suatu mata pelajaran melalui sebuah prosa? Sebuah prosa yang menjadi mediatornya? Jika belum, ini merupakan salah satu bukti metode pembelajaran yang baru. Barangkali bosan dengan cara biasanya dan membutuhkan sebuah pembaharuan dalam cara belajar, ini salah satu solusi yang tepat hehehe.
Paramasastra sendiri menurut KBBI adalah tata bahasa, kaidah tentang suatu bahasa. Jadi, katakan saja bahwa paramasastra ekonomi ini adalah pembelajaran ekonomi melalui gaya tata bahasa sastra. Keren, bukan?
Metode tersebut tidak hanya berlaku pada mata pelajaran ekonomi saja. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Barangkali merasa kesulitan dengan matematika, coba aplikasikan metode ini dan rasakan sensasinya. Siapa tahu jodoh?

5.    Rindu Tiga Belas Baris



Di urutan terakhir tangga prosa yang paling banyak dibaca ada prosa bertemakan rindu. Tiga belas baris tentang rindu dari berbagai perspektif. Jadi, bisa dikatakan bahwa rindu yang coba disampaikan di sini tidak hanya memiliki satu makna mutlak. Tetapi masih banyak tafsiran dari berbagai sudut pandang mengenai rindu itu sendiri.
Adakah sahabat pembaca sekalian yang sedang merindu?

Nah, itu dia bocoran sekaligus ulasan singkat mengenai 5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca oleh sahabat pembaca sekalian. Berbicara tentang prosa yang paling disukai, saya sendiri entah mengapa jatuh cinta pada prosa “Sajak Agroekosistem”. Saya merasa jatuh cinta pada proses pembuatan prosa tersebut. Di mana saya merasa membuat prosa dengan hati banget hahaha. Padu antar-kalimat dan antar-baitnya pun boleh dibilang saling berkorelasi satu sama lain. Intinya, saya suka dengan prosa yang pertama kali diterbitkan itu. Kalau kamu?
Which #ProsaSelasa is your favorite? Sharing, please :)



 

“Filantropi Lain Hati”
Durasi Baca: 5-5 Menit

Bersamaan detak-detiknya waktu
Terlintas indah itu pada wajah tersenyum
Seakan tersihir pesona dalam bayangmu
Isyarat bahwa akulah sang pengagum

Berpapasan kita tapi tidak saling tatap
Di depan outlet di sebuah pusat belanja
Lirikku pada wajah senyummu sekejap
Dan yang demikian itu kurekam secara sempurna

Dalam diam berdegup kencang hatiku
Melihat binar bola matamu di keramaian
Dalam diam aku hanya bisa memandangmu
Berjalan santai menjauh dengan perlahan

Perlahan aku mulai mengerti
Mengerti aku tak bisa memungkiri perasaan
Perasaan yang tersirat di dalam hati
Hatiku nampak terjangkit cinta sejak awal pandangan

Semua itu menghantarkanku pada bahagia
Meski aral gendala menjadi jurang pemisah
Namun, bagiku mengagumi bukanlah sebuah dosa
Melainkan melipur hati yang gundah

Gundah aku untuk berkata terus terang
Terang saja, bayangmu dihatiku bertahta
Mengambil alih kuasa diri ini terbilang
Dalam mimpiku di dunia ini hanya ada kita berdua

Apa dayaku jika tak sesuai dengan praduga
Rasa yang lama terpendam, tak tersentuh
Apa dayaku jika berbeda realitanya
Puja rasa yang terbendung, tak terengkuh

Aku mengagumimu, kamu mimpiku
Citra manis di kisah filantropi romansa
Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu
Citra manis untuk kisah filantropi berbeda

Mungkin ini memang sulit tuk diartikan
Aku juga sukar untuk menerjemahkan
Kisah kasih akan seseorang yang kukagumi
Ternyata menyimpan kagum pada lain hati

HIA – MAR
Sudan – Sumedang
25 Februari 2016

-0-0-0-

Baca #ProsaSelasa sebelumnya: Hanya Mengenangmu
Filosofi #ProsaSelasa: Filantropi Lain Hati
Selamat hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Berbeda dari #ProsaSelasa sebelumnya, kali ini kami mencoba mengambil tema yang bisa dibilang sedikit melankolis dan cukup membuat pembacanya diselimuti rasa galau. Saya, selaku penulis tidak mau bertanggungjawab akan efek samping yang dirasakan setelah membaca prosa kali ini ya hahaha.
Inspirasinya, datang dari rekan-rekan dalam satu organisasi. Sekitar bulan Februari lalu, saya dihadapkan pada sebuah kegiatan yang bernamakan Latihan Dasar Organisasi (LDO). Pada kegiatan tersebut, saya bersama rekan satu bidang, Penalaran dan Keilmuan (PK), diminta untuk mempersiapkan sebuah penampilan yang nantinya akan ditampilkan pada malam keakraban. Setelah berdiskusi, diambil kata sepakat bahwa kita akan menampilkan pembacaan puisi secara bergantian atau puisi berantai. Tema yang diambil adalah mengagumi seseorang yang ternyata orang tersebut mengagumi orang lain lagi. Terlebih lagi, saya yang diminta untuk membuatkan puisi tersebut. Akhirnya, saya kembali mengajak karib saya untuk bersama menggarap tantangan pembuatan puisi tersebut. Alhasil, setelah menghabiskan waktu kurang lebih sehari, kami berdua sukses merampungkan prosa ‘Filantropi Lain Hati’ ini.
Setelah itu, saya kirimkanlah prosa tersebut kepada rekan-rekan PK untuk diminta tanggapannya terlebih dahulu. Tanpa diskusi panjang lebar, mereka sepakat-sepakat saja dengan apa yang telah dibuat oleh kami berdua.
Sesekali mencoba membaca secara bergantian sesuai dengan urutan yang telah disepakati sebelumnya. Hingga pada akhirnya, saya bersama rekan-rekan PK sukses menampilkan puisi berantai tersebut. Bahkan, penampilan tersebut menjadi satu dari tiga nominator penampilan terbaik. Luar biasa!
Ya, semua itu bermula karena sebuah pertemuan tanpa disengaja di depan sebuah outlet pusat perbelanjaan. Terekam sempurna kejadian tersebut menjadi sebuah kenangan. Waktu itu, dia tersenyum dengan manis mengalihkan, membuat hati berdegup kencang dalam keramaian. Perlahan, tercipta rasa kagum atau bisa jadi lebih di hari keesokan.
Namun, ekspektasi tak sepihak dengan realita.
Aku mengagumimu, kamu mimpiku. Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu”. Ah, rasanya kalimat itu terasa begitu menyesakkan di dada. Di saat kita berharap ingin memilikinya dan ingin bersamanya. Namun, dia ingin bersama yang lain. Bersama orang yang dikaguminya. Oh, so sad.
Nah, apakah kamu pernah merasakan hal serupa?

Lantas, bagaimana kamu menyikapinya?