5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca
Durasi Baca: 5-6
Menit
Selamat
hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Ah,
biasanya saya memulai kalimat sapaan tersebut kiranya di pertengahan postingan
#ProsaSelasa. Tetapi perkenankan kalimat sapa tersebut saya sisipkan di awal
sekaligus mengawali pada tulisan kali ini.
Tentu
para sahabat pembaca blog saya merasa sudah tidak asing lagi dengan
#ProsaSelasa, bukan? Ya, salah satu rubrik mengenai prosa-prosa yang
diterbitkan setiap hari Selasa –meskipun belum rutin setiap pekannya semenjak
kali pertama diterbitkan. Prosa yang bisa dibilang bahasannya akan menyentuh
berbagai aspek dalam kehidupan. Hal itu bisa tergambar dari beberapa prosa yang
sudah berhasil atau bahkan nantinya dinikmati oleh sahabat pembaca sekalian.
Kiranya,
selama enam bulan umur blog saya yang baru ini, sudah berhasil tercipta
sembilan #ProsaSelasa beraneka ragam temanya. Dengan jumlah yang terbilang
demikian, bisa dikatakan bahwa hal itu masih jauh dari kata ‘produktif’.
Bahkan, saya belum puas diri telah menerbitkan sembilan prosa. Namun, saya –pun
karib saya– tetap bersyukur bisa menciptakan prosa-prosa yang terbilang luar
biasa karyanya. Besar harap saya, esok atau lusa akan tercipta lebih banyak
lagi prosa di hari Selasa yang tak kalah luar biasa dibanding sebelumnya.
Kabar
baiknya, pada tulisan kali ini saya akan membocorkan sekaligus mengulas kembali
sedikitnya “5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca” oleh sahabat pembaca sekalian.
Sudah penasaran prosa apa saja, bukan? Langsung saja ya disimak! Here they
are.
1.
Sajak
Agroekosistem
Prosa yang satu ini kurang
lebih membahas seputar kondisi pertanian terkini. Oleh karena itu, tak perlu
diragukan lagi jika prosa ini menempati urutan tangga pertama prosa yang paling
banyak dibaca oleh sahabat sekalian.
Mengapa
dikatakan begitu? Fakta mirisnya, ketika tulisan ini dibuat pun masih banyak
segelintir orang –bahkan bisa jadi saya sendiri yang kuliah di Fakultas
Pertanian– belum akrab dan kurang aware terhadap sektor pertanian. Sense
of awareness-nya masih kurang. Mengutip apa yang telah saya tuliskan pada filosofi
prosa ini,
“Padahal, banyak harapan dari apa yang ditanam oleh para petani. Padahal, sejatinya hidup kita tak terlepas dari segala komoditas pangan pada setiap harinya, bukan? Rasanya, selama manusia masih butuh makan, sektor pertanian akan selalu dibutuhkan dan dicari”.
Respon dari
sahabat pembaca pun cukup antusias dan tak kalah menariknya. Misalnya ada komentar
dari Bang Doni Jaelani, “Duh, gue sebagai lulusan kampus pertanian merasa
tergugah ini. Emang sih, sekarang pertanian kita enggak kayak dulu lagi.
Soalnya, Indonesia lagi ada di masa transisi dari negara agraris ke negara
industri. Jadi, semakin sedikit sawah dan ladang. Di sisi lain, semakin banyak juga
bangunan-bangunan perindustrian”. Masih banyak lagi komentar yang tak kalah menariknya.
Masih ada harapan-harapan yang ingin mereka coba bangun dan realisasikan. Ah,
semoga saja strata pertanian di negeri ibu pertiwi ini semakin baik seiring
perkembangan zaman.
Jadi, setuju
dong jika prosa ini paling terbanyak dibaca?
2.
Semoga
Tidak Lagi Terjadi
Prosa yang menempati
urutan kedua ada “Semoga Tidak Lagi Terjadi”. Prosa ini sebagai bentuk
keresahan seseorang yang mewakili keresahan banyak orang. Prosa mengenai siap
atau tidaknya menjadi sebuah negara maju. Berbicara tentang nasib bangsa.
Selain itu, berbicara juga tentang harapan-harapan untuk tanah air, Indonesia.
Prosa yang
tercatat rampung pada Januari 2015 ini setidaknya membahas dua aspek penting
dalam kehidupan masyarakat, politik dan ekonomi. Apabila dibandingkan dengan
Sajak Agroekosistem, mungkin akan terlihat berbeda sekali makna yang
tersiratnya. Di sini saya bersama karib saya mencoba untuk berekspresi lebih blak-blakan.
Terinspirasi dari sebuah syair karya Taufik Ismail yang berjudul, “Malu Aku
Jadi Orang Indonesia”. Namun, jantung prosa ini tetap berada pada di mana
harapan-harapan akan sebuah kebaikan yang begitu didamba oleh khalayak ramai.
3.
Tentang
Waktu
Dalam antrean ketiga ini
berhasil ditempati oleh prosa berjudul Tentang Waktu. Prosa yang dibuat bukan dalam
bentuk bait demi bait seperti biasanya melainkan dalam bentuk kontemporer.
Melalui
kisah-kisah para sahabat nabi, saya mendapatkan inspirasi sehingga terpikirlah
untuk membuat prosa yang bertemakan waktu. Singkatnya, suatu ketika Rasulullah SAW
sedang memberi petuah kepada para sahabat-sahabat agar mereka lebih
berhati-hati terhadap dua hal, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang. Oleh
karena itu, Rasul bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia
tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no.
6412, dari Ibnu ‘Abbas).
Eh, sekarang
sudah jam berapa ya? *Mendadak tanya jam*
4.
Paramasastra
Ekonomi
Apakah pernah terbayang
di benak sahabat, belajar suatu mata pelajaran melalui sebuah prosa? Sebuah
prosa yang menjadi mediatornya? Jika belum, ini merupakan salah satu bukti metode
pembelajaran yang baru. Barangkali bosan dengan cara biasanya dan membutuhkan
sebuah pembaharuan dalam cara belajar, ini salah satu solusi yang tepat hehehe.
Paramasastra
sendiri menurut KBBI adalah tata bahasa, kaidah tentang suatu bahasa. Jadi,
katakan saja bahwa paramasastra ekonomi ini adalah pembelajaran ekonomi melalui
gaya tata bahasa sastra. Keren, bukan?
Metode
tersebut tidak hanya berlaku pada mata pelajaran ekonomi saja. Bisa disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing. Barangkali merasa kesulitan dengan matematika,
coba aplikasikan metode ini dan rasakan sensasinya. Siapa tahu jodoh?
5.
Rindu
Tiga Belas Baris
Di urutan terakhir tangga
prosa yang paling banyak dibaca ada prosa bertemakan rindu. Tiga belas baris
tentang rindu dari berbagai perspektif. Jadi, bisa dikatakan bahwa rindu yang
coba disampaikan di sini tidak hanya memiliki satu makna mutlak. Tetapi masih
banyak tafsiran dari berbagai sudut pandang mengenai rindu itu sendiri.
Adakah
sahabat pembaca sekalian yang sedang merindu?
Nah, itu dia bocoran
sekaligus ulasan singkat mengenai 5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca oleh
sahabat pembaca sekalian. Berbicara tentang prosa yang paling disukai, saya
sendiri entah mengapa jatuh cinta pada prosa “Sajak Agroekosistem”. Saya merasa
jatuh cinta pada proses pembuatan prosa tersebut. Di mana saya merasa membuat
prosa dengan hati banget hahaha. Padu antar-kalimat dan antar-baitnya pun boleh
dibilang saling berkorelasi satu sama lain. Intinya, saya suka dengan prosa
yang pertama kali diterbitkan itu. Kalau kamu?
Which #ProsaSelasa
is your favorite? Sharing, please :)
kalau saya sih suka semuanya :) terakhir main kesini kayaknya belum .com ya awal?
BalasHapussekarang udin .com aja
konsisten terus yaa nulisnya
Wah, sudah cukup lama mengganti jadi top level domainnya, Mbak.
HapusBerarti sudah cukup lama tak berkunjung kesini ya, Mbak.
Aamiin, konsisten. Harus!
Setiap Selasa gue selalu baca Prosa Selasa. Kalo sebelum-sebelumnya, mungkin belum kali ya. Pokoknya selalu ngikutin deh. Paling menggugah emang yang tentang pertanian. Tapi, kalo yang berkesan buat gue adalah.... jeng jeng.. Rindu Tiga Belas Baris.
BalasHapusBtw, baru aja kemarin nemu artinya filantropi. :))
Yang nomer 5, Tiga Belas Baris kayanya bagus. Belum dibaca tapi euy..
BalasHapusKelima prosanya bagus bang. Tapi yang ngena ke aku prosa tentang waktu :)
BalasHapusNgajarin kita betapa berharga waktu untuk tidak diisi dgn hal yang nggak ada manfaatnya.
Dua hal yg terlupakan. Nikmat sehat dan waktu senggang. Dats right :))
Aku sukanya pusi nggak suka prosa :') Tapi prosa banyak macamnya ya ternyataaa. Jadi tau deh skarang, makasi sharingnya yaaaa
BalasHapusAaaak baru tahu ada beginian. Seruu nih. Dan yang pertama itu sih kayaknya bagus. Sesama anak pertanian.Toss! \:D/
BalasHapusProsa yang pertama kalau nggak salah pernah aku baca sambil pake flow gitu, dibawa ngerap. Hahahahahaha. Btw berkat prosa kamu ini, aku dapat banyak kata-kata yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Kosakataku bertambah deh. Makasih ya, Di! :D
BalasHapusAku suka yang prosa ketiga, tentang waktu!
BalasHapusSuka banget sama puisi-puisi dan prosa, nanti aku baca yang lain deh :D
Aku masih berapa kali ya berkunjung ke sini... Hehe.. jadi belum begitu tahu juga.
BalasHapusTapi, kalau secara general setiap prosa selalu memiliki ketertarikan sendiri sesuai apa yang sedang aku rasakan.
Kalau sedang suka rindu, pasti baca prosa rindu akan lebih hidup dan menyenangkan dibandingkan yang lainnya. Begitupun seterusnya karena masing-masing menurutku memiliki rasa sendiri.