#ProsaSelasa: Filantropi Lain Hati
“Filantropi
Lain Hati”
Durasi
Baca: 5-5 Menit
Bersamaan
detak-detiknya waktu
Terlintas
indah itu pada wajah tersenyum
Seakan
tersihir pesona dalam bayangmu
Isyarat
bahwa akulah sang pengagum
Berpapasan
kita tapi tidak saling tatap
Di
depan outlet di sebuah pusat belanja
Lirikku
pada wajah senyummu sekejap
Dan
yang demikian itu kurekam secara sempurna
Dalam
diam berdegup kencang hatiku
Melihat
binar bola matamu di keramaian
Dalam
diam aku hanya bisa memandangmu
Berjalan
santai menjauh dengan perlahan
Perlahan
aku mulai mengerti
Mengerti
aku tak bisa memungkiri perasaan
Perasaan
yang tersirat di dalam hati
Hatiku
nampak terjangkit cinta sejak awal pandangan
Semua
itu menghantarkanku pada bahagia
Meski
aral gendala menjadi jurang pemisah
Namun,
bagiku mengagumi bukanlah sebuah dosa
Melainkan
melipur hati yang gundah
Gundah
aku untuk berkata terus terang
Terang
saja, bayangmu dihatiku bertahta
Mengambil
alih kuasa diri ini terbilang
Dalam
mimpiku di dunia ini hanya ada kita berdua
Apa
dayaku jika tak sesuai dengan praduga
Rasa
yang lama terpendam, tak tersentuh
Apa
dayaku jika berbeda realitanya
Puja
rasa yang terbendung, tak terengkuh
Aku
mengagumimu, kamu mimpiku
Citra
manis di kisah filantropi romansa
Tapi
kamu mengaguminya, dia mimpimu
Citra
manis untuk kisah filantropi berbeda
Mungkin
ini memang sulit tuk diartikan
Aku
juga sukar untuk menerjemahkan
Kisah
kasih akan seseorang yang kukagumi
Ternyata
menyimpan kagum pada lain hati
HIA
– MAR
Sudan
– Sumedang
25
Februari 2016
-0-0-0-
Baca #ProsaSelasa sebelumnya: Hanya Mengenangmu
Filosofi #ProsaSelasa:
Filantropi Lain Hati
Selamat
hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Berbeda dari #ProsaSelasa sebelumnya, kali ini kami
mencoba mengambil tema yang bisa dibilang sedikit melankolis dan cukup membuat pembacanya
diselimuti rasa galau. Saya, selaku penulis tidak mau bertanggungjawab akan
efek samping yang dirasakan setelah membaca prosa kali ini ya hahaha.
Inspirasinya, datang dari rekan-rekan dalam satu
organisasi. Sekitar bulan Februari lalu, saya dihadapkan pada sebuah kegiatan yang
bernamakan Latihan Dasar Organisasi (LDO). Pada kegiatan tersebut, saya bersama
rekan satu bidang, Penalaran dan Keilmuan (PK), diminta untuk mempersiapkan
sebuah penampilan yang nantinya akan ditampilkan pada malam keakraban. Setelah
berdiskusi, diambil kata sepakat bahwa kita akan menampilkan pembacaan puisi
secara bergantian atau puisi berantai. Tema yang diambil adalah mengagumi
seseorang yang ternyata orang tersebut mengagumi orang lain lagi. Terlebih
lagi, saya yang diminta untuk membuatkan puisi tersebut. Akhirnya, saya kembali
mengajak karib saya untuk bersama menggarap tantangan pembuatan puisi tersebut.
Alhasil, setelah menghabiskan waktu kurang lebih sehari, kami berdua sukses merampungkan
prosa ‘Filantropi Lain Hati’ ini.
Setelah itu, saya kirimkanlah prosa tersebut kepada rekan-rekan
PK untuk diminta tanggapannya terlebih dahulu. Tanpa diskusi panjang lebar,
mereka sepakat-sepakat saja dengan apa yang telah dibuat oleh kami berdua.
Sesekali mencoba membaca secara bergantian sesuai dengan
urutan yang telah disepakati sebelumnya. Hingga pada akhirnya, saya bersama
rekan-rekan PK sukses menampilkan puisi berantai tersebut. Bahkan, penampilan
tersebut menjadi satu dari tiga nominator penampilan terbaik. Luar biasa!
Ya, semua itu bermula karena sebuah pertemuan tanpa
disengaja di depan sebuah outlet pusat perbelanjaan. Terekam sempurna kejadian
tersebut menjadi sebuah kenangan. Waktu itu, dia tersenyum dengan manis
mengalihkan, membuat hati berdegup kencang dalam keramaian. Perlahan, tercipta
rasa kagum atau bisa jadi lebih di hari keesokan.
Namun, ekspektasi tak sepihak dengan realita.
“Aku
mengagumimu, kamu mimpiku. Tapi
kamu mengaguminya, dia mimpimu”.
Ah, rasanya kalimat itu terasa begitu menyesakkan di dada. Di saat kita
berharap ingin memilikinya dan ingin bersamanya. Namun, dia ingin bersama yang
lain. Bersama orang yang dikaguminya. Oh, so sad.
Nah, apakah kamu pernah merasakan hal serupa?
Lantas, bagaimana kamu menyikapinya?
Ini nyesek parah. Saat kita bener-bener berharap pada dia, tapi dia berharap pada yang lain. Kenapa kita harus terjebak pada posisi kayak gini? Uuuh, nelangsa. :')
BalasHapusCewek-cewek selanjutnya yang berkomentar bakal ngerasain juga hal yang sama kayaknya. Karena banyak di antara mereka yang jadi pemuja diam-diam.
Btw, ada diksi yang ngasih pembaruan kosakata nih. Filantropi dan gendala. Belum pernah dengar sebelumnya.
Ah, tentunya kita sih berharap punya jalan cerita cinta yang tak seperti itu ya, Rob.
HapusSecret admirer? Duh, kalau harus dipendam sih menurutku gak enak banget sih. Pernah banget merasakan hal gitu soalnya.
Thanks, Rob!
nyesek parah siii puisinya :((
BalasHapusgak salah deh kalo masuk 3 terbaik.
Haha terima kasih, Dibah!
HapusDalem amat ini ....
BalasHapusApabila terjadi kebaperan itu di luar tanggung jawab penulis ya hahaha.
HapusDuh. Kata-katanya. Penyusunannya cantik tapi bikin ngerasa miris.
BalasHapus“Aku mengagumimu, kamu mimpiku. Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu”. Kagum bertepuk sebelah tangan, ya, Di :(
Nah, kurang lebih begitulah gambarannya, Cha.
HapusYang dikagumi, mengagumi orang lain. Enak yah di posisi mengagumi, enek maksudnya :(
BalasHapusKeren di, udah lama euy gak bikin ginian haha
Lebih enak lagi kalau dikagumi balik ya, Bang Er.
HapusThank you, Bang! Hahaha.
ya, melankolis sekali pujangga :) cinta diam-diam yang bertempuk sebelah tangan, pedih memang. suka sama orang, tapi orangnya suka sama orang lain itu memang pedih. apalagi, kalau "orang lain" nya itu adalah sahabat kita sendiri. fuh..
BalasHapusAduh, itu lebih dari sekadar jleb sih. Tapi, udah jleb banget hehehe.
HapusTisu tisu serebuan masih anget
BalasHapusTisu tisu
Saya sering ngalamin bang di mini
market
Kasirnya selalu senyum saya tiap saya dateng
Ini cocok buat kasirnya
Hahaha bisa bisa, Bang Niki :D
HapusMeski aral gendala.. gendala itu apa sama dengan kata kendala?
BalasHapusDek filantropi itu apasih artinya?
dududu aku suka bikin puisi, tapi karna lama ga bikin rasanya vocab ku maskin miskin deh.
Waah 3 terbaik yaa..! selamat
Tapi cerita dalam puisi ini memang gak begitu baik ya, karna bikin baper.
Aku pernah kok begitu,
Malah udah jadi pacar.
tapi dia masih suka mantannya
*eeaaa *eaaaa
Iya sama, Kak. Gendala itu memiliki makna yang sama dengan kendala.
HapusKalau tidak keliru, filantropi itu em, semacam cinta kasih gitu deh.
Wah, lewat baca menurutku juga salah satu upaya meningkatkan vocab kita loh, Kak.
Duh, itu sih gagal move on sama yang lama ya.
Heu, miris sih kalau begitu ceritanya.
Terima kasih ya! :)