#ProsaSelasa: Ketika Tuhan Rindu
Durasi Baca: 5-6
Menit
"Ketika Tuhan
Rindu"
Semua terbang dengan
alasan
Semua terbang membawa
harapan
Pada tanah mereka
dilahirkan
Pada tempat yang
dijanjikan
Pada peluk yang
dinantikan
Namun tuhan lebih
merindukan
Semua hendak bersua
Semua hendak berjumpa
Tapi satu arah mereka
Pada kampung kita
bermula
Semua masih kelabu
Semua masih pilu
Langit angkasa
mengumpat tersendu
Awan beriringan
bersama haru
Hujan turun titipkan
sedu
Saat ini
Semua menanti
Saat ini
Semua kembali
Jakarta, 4 Januari
2015
Pukul 08.08 WIB
-0-0-0-
Baca
#ProsaSelasa pekan lalu: Paramasastra Ekonomi
Filosofi
#ProsaSelasa: Ketika Tuhan Rindu:
Alhamdulillah masih
dipertemukan lagi dengan hari Selasa pekan ini, Yeay!
#ProsaSelasa kali ini
boleh diambil dari arsip lama lagi. Tepatnya pada tanggal 4 Januari 2015 lalu. Mungkin
sebagian dari kalian sedikit-sedikit mulai menerka atau menduga dari isi prosa
tersebut bisa dikaitkan dengan insiden apa, kapan dan di mana. Filosofi
khususnya, prosa ini inspirasinya terlahir dari hilangnya pesawat Air Asia
QZ8501 pada 28 Desember 2014 silam. Berita kejadian ini sempat heboh selama
beberapa pekan di media massa. Mulai dari proses pencarian bangkai pesawatnya, pencarian
black boxnya, pengangkatan puing-puingnya hingga evakuasi para korban maupun crew
pesawatnya. Tak satu pun dari mereka yang selamat. Ketika itu saya turut
ikut berduka, bahkan sampai sekarang.
Padahal, beraneka
ragam alasan dan harap dari mereka ketika mengangkasa. Mungkin ada yang hendak melakukan
riset pekerjaan, mengejar kata sepakat dengan klien bisnis, bertemu sanak
keluarga juga kolega, atau sekadar mengisi waktu liburan untuk berekreasi saat
itu. Namun apadaya alasan dan harap itu semua ketika Tuhan lebih merindukan.
Ketika Tuhan lebih menginginkan mereka semua untuk kembali ke kampung di mana
mereka semua bermula. Kampung akhirat.
Sedangkan filosofi umum
Prosa Ketika Tuhan Rindu ini adalah semua yang bernyawa pasti akan meninggal.
Kita semua akan dihadapkan dengan suatu hal yang bernama kematian. Tak peduli
kita hendak melakukan pekerjaan apa, tak peduli berapa jumlah angka dibalik
kata sepakat dalam sebuah bisnis, tak peduli siapa yang hendak ditemui, dan tak
peduli sebahagia apa setelah mereka berlibur ria. Ketika Tuhan berkata
terjadilah, maka terjadilah. “Kun fayakun.”
Meskipun itu kejadian
lama, mungkin masih membekas duka memorinya dalam benak kita semua. Ya, kita semua.
Tak hanya keluarga korban yang ditinggalkan. Semoga saja mereka yang
ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan. Semoga mereka yang dirindu Tuhan
diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
Menyelipkan cerita
sedikit bolehlah ya di sesi #ProsaSelasa kali ini hehe. Saya mau bercerita
tentang dibalik terbit terlalu malamnya #ProsaSelasa pekan ini. Jadi begini,
dalam hitungan hari saya akan dihadapkan dengan semester dua. Namun, sampai
siang hari tadi saya belum membayar kuliah untuk semester dua tersebut,
terlebih lagi hari ini terakhir untuk melakukan pembayarannya. Dampaknya, saya
belum bisa memilih mata kuliah apa saja yang akan saya ikuti selama semester
dua nanti.
Begitu pulangnya mami
saya sore tadi, saya lupa untuk menanyakan hal tersebut apakah uang untuk
kuliah sudah ditransfer atau belum. Saya malah sibuk memutar otak prosa apa
yang akan diterbitkan untuk hari ini. Sibuk menjelajahi arsip-arsip yang ada di
laptop saya. Berharap kali saja ada satu atau dua prosa lama saya yang menganggur
hehe. Jujur, saya sama sekali belum kepikiran untuk menerbitkan prosa apa
hingga sore tadi dikarenakan kehabisan stok prosa.
Barulah selepas
maghrib tadi saya beranjak menanyakan uang kuliah kepada mami saya. Ternyata
sudah ditransfer dari siang tadi dan buktinya sudah dikirim ke Whatsapp saya.
Maklum, selama liburan ini saya menonaktifkan whatsapp karena memang tidak ada
paket internetnya. Setelah tahu akan hal itu, saya langsung beranjak ke atm dan
langsung melakukan transaksi untuk biaya kuliah. Transfer and done! Saya
masih bisa merasakan semester dua :D
Sesampainya di rumah,
saya langsung gerak cepat untuk memilih mata kuliah apa saja yang akan menjadi
santapan lezat di semester dua nanti. Usut punya usut, semester dua ini kami
diberikan jatah sebanyak 21 sks atau sekitar 8 mata kuliah. Namun, dalam proses
pemilihannya saya hanya mendapat 7 mata kuliah! Kelas-kelas yang disediakan
untuk satu mata kuliah lagi (Statistika dasar) penuh semua! Lalu saya stress
mendadak, kalap. Bagaimana bisa hal itu terjadi, padahal satu mata kuliah itu
bersifat wajib di semester itu. Oleh karena itu, esok pagi saya memutuskan
untuk beranjak pergi meninggalkan ibukota Jakarta dan merantau kembali ke
Jatinangor. Mohon doanya ya guys biar saya masih bisa diberikan kesempatan untuk
mengenyam satu mata kuliah itu.
Selain itu, masih ada
alasan lain kenapa prosa kali ini diambil dari arsip lama. Karena saya sedang
dalam sebuah project lomba puisi yang deadline-nya pertengahan Februari ini. So,
wish me luck ya!
Semoga #ProsaSelasa
pekan depan fresh from the oven. See you! J
Kunjungan perdana. Suka sama headernya. Kekinian.
BalasHapusThank you, Bang!
HapusGudlak sama projectnya ya, Man. Semoga menang! Bikin yang keren kayak prosa ini. Ehehe. :D
BalasHapusWaduh, udah lama juga ya berarti tragedi Air Asia itu. :(
Gue malah lupa tanggalnya. Ehehe.
Hahaha, gue malah belum bayaran, dan terakhir disuruh bayar tanggal 20 bulan ini. Uangnya belom ada. Belom dapet penghasilan lagi. :')
Iya, udah terbilang cukup lama juga sih kejadiannya, Bang.
HapusHehe thank you, Bang!
Semangat 45, Bang Yog!
Prosanya selalu keren dan lebih kerennya lagi tragedi hilangnya pesawat Air Asia pun bisa menghasilkan prosa yang bikin pembaca (aku) jadi terenyuh (?).
BalasHapusSemoga masih berkesempatan untuk mengenyam makul Statistika dasar ya. Good luck buat project nya \:D/
Duh, bisa aja nih, Kakak. Hahaha :D
HapusAamiin. Terima kasih ya, Kak!
Begitulah kematian ya mas, sangat misterius bisa datang kapan saja. Tetapi manusia harus tetap semangat menjalani masa depan, dan kita hanya bisa berdoa untuk orang-orang yang telah mendahului kita ya :)
BalasHapusKarena misteriusnya itulah yang membuat kita harus mempersiapkan sedari dini mungkin ya, Mbak. Tentu harus dijalani dengan semangat dong. Yap, berdoa untuk para pendahulu kita :)
HapusSeperti biasalah prosabya keren abiiis. Btw, semoga lucky babg projectnya
BalasHapusAamiin. Terima kasih, Bang Uben! :D
HapusGood luck untuk kamu dan semoga bisa ambil 1 mata kuliah statistika dasarnya. Jangan patah semangat dan puisinya juga bagus :)
BalasHapusAamiin. Semangat 45 dan terima kasih ya, Kak :)
Hapustragedi pesawat bisa dijadiin tema prosa hebat
BalasHapuscoba deh tragedi belum bayaran kuliah dijadiin prosa juga dah
kan udah dapet tuh resahnya tinggal dituangin aja
Hahaha boleh juga tuh idenya, Bang :D
HapusYa Allah, idola banget dah kalo lagi bener :')
HapusYa Allah ini bang Niki abis munum obat pasti :')
HapusKereen. ngena nih.
BalasHapuscukup menampar, jadi jangan cuma mengeluh sedang merindu, tapi harus mempersiapkan sesuatu, karna suatu saat Tuhan akan merindukan kita, hamba-hamba berlumur dosa.
*brb**langsung sholat taubat*
balada anak nangor yess, gua nyusul lah Insyaallah taun ini. :')
Gudlak buat project nya bang.
Nah, menghadapi SBMPTN aja perlu persiapan, masa menghadapi kematian enggak kan ya? Hahaha. Ketik Tuhan sudah merindu, apalah daya kita semua. *shalat taubat juga*
HapusGoodluck buat SBMPTN-nya!
Thank you ya!
keren dah puiasinyua, tapi aku bingung baca yang lainya, ini kunjungan pertAMKU SALAM KENAL :)
BalasHapusTerima kasih ya. Salam kenal juga! :)
HapusWalaupun ini diambil dari arsipan, dan pas pada moment hilangnya Air Asia, tapi setelah lo posting prosa ini, kok kebetulan banget ada tragedi pesawat tempur latih jatuh di Malang bang diw ..
BalasHapusjangan2 muridnya Ki Joko Bodo ya ??
Benar walaupun tujuan kita terbang untuk ketemu sanak famili ?? tapi apa daya kalo Tuhan yang lebih pengen ketemu mereka ..
semester 2, aduh semester masih unyu2nya nih ..
Semoga sukses deh kuliahnya,
semoga sukses juga buat lomba puisi yang sedang dilaksanakan.. :)
Aamin
sebuah prosa sebagai perpanjangan kisah dan atau sebuah kisah yang kadang kala justru terjadinya bersamaan dengan penayangan post ini
BalasHapusAku jadi bingung, Di. Ini sebenarnya postingan tanggal berapa, sih? Hahaha.
BalasHapusTapi, aku selalu suka dengan prosanya. Seperti yng aku bilang sebelumnya; selalu ada sesuatu. Nggak cuma kata-kata kosong gitu saja. Ajarin lah bikin yang kayak beginian, Di! Muehehehe.
Dan, semoga dapat hasil yang memuaskan untuk projectnya itu, ya!
sukses ya diw dwngan projectnya, aiih keren nih prosanya tentang tragedi air asia.
BalasHapusudah lama juga ternyata.
kematian emng bisa datang kapan saja, dan gak peduli dengan keadaan.
kren lah prosanya.
Ini selalu yg saya tunggu dr blog awaldirahman.com .. prosa2 dg makna topik2 atau kejadian di Indonesia.. semoga korban2 insiden Air Asia QZ8501 mndptkn tmpt terbaik disana.
BalasHapusBtw sukses semester dua nya bro. Gmn akhrnya matakuliah statistik dasarnya?
Woaah i know how it feels ketika isi krs dan kelas udah abis. hiks.
BalasHapusBtw aku juga suka sama prosa mu kali ini, dari awal aku sudah menyimpulkan kalau apa yang diciptakan tuhan dan hidup nanti nya akan mati kembali kepada tuhan. Tapi aku belum kepikiran soal insiden jatuhnya pesawat itu.
Nice prosa awaldi :))
maka pertanyaannya adalah sampai dimana sudah persiapan kita untuk menjemput kerinduan itu???
BalasHapusProsanya indah, unsur kesedihannya juga dapet, apalagi pas dibagian namun Tuhan lebih merindukan.
BalasHapusBtw, sukses dengan projectnya ya..
beuh paling mellow deh kalau bahas insiden pesawat air asia itu. they're somebody's daughter, somebody's son, somebody's mom, or somebody's dad, and maybe they're somebody's wife, somebody's husband, rasa rasanya kayak baru kemarin, iya gak sih?
BalasHapusdaaan,kok aneh bgt ya, kalau matkul statistik itu wajib, itu artinya semua mahasiswa tingkatnya kamu ya pastinya bisa masuk, lah ini malah penuh? atau kamu mahasiswa yg tdk diakui? hehehehe kidding.
ooo jadi kamu unpad yg di nangor yah, sekalinya saya ke nangor itu wkt ke Jatos buat nntn Mockingjay, bisa dibilang Jatos mall yg paling deket dr kosan
Ah iya, sempet ada kejadian ini ya. Sampe lupa kalo ada jatuhnya pesawat Air Asia. Mungkin, Tuhan sedang rindu dengan orang-orang yang gagal selamat.
BalasHapusAbis baca ini, langsung ngebayangin kematian yang begitu dekat. Serem dan gak siap buat ngebayanginnya :((
Semoga menang, ya, bang Rahman, di lomba puisinya. Dan semoga dikuatkan kembali di semester dua hingga akhir kuliahnya. Aamiin.
Kereeeen, gudlak ya Di.
BalasHapusAku udah jarang nulis puisi/prosa atau semacamlah :(
Peristiwa QZ8501 itu cukup membekas di hati. Sedih. Tau berita itu pas pulang dari jalan. Ingat banget waktu itu aku ngatain yang ulang tahun hari itu, karena dia ulang tahuh makanya pesawatnya jatuh. Hahaha. Eh, Astagfirullah :(
BalasHapusTapi puisinya tetap keren kok walaupun diambil dari arsip lama. Tetap bisa mengingatkan kalau kita punya tempat berpulang sesungguhnya, yaitu akhirat :)
Semoga lancar ya lomba puisinya, Awaldi. Semoga menang. Dan semoga lancar semester duanya. Semangat! :))
Keren prosanya! saya kira tadi soal kiamat gitu, trnyata dugaan saya salah :D
BalasHapussemoga lomba puisinya menang yes kak !!
Oh jadi ini puisi tentang air asia, prosanya keren. Aku suka puisinya..
BalasHapusKalau lg masa masa input KRS emg paling ribet ya..
Seperti biasa, prosanya keren...
BalasHapusUntung semester 2 ini gumasih paketan krsnya, jadi nggak ribet rebutan kelas. Eh tapi semester 3 besok udahh ngisi sendiri. harus cepet-cepetan nih dapet kelas
Ya, tragedi hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 memang jadi sorotan publik ya. Betapa Allah SWT dengan mudahnya ngambil nyawa seseorang, ngga peduli serapih apapun orang tersebut merencanakan segala sesuatunya saat dia sampai di tanah tujuan. Tidak ada yang tahu kapan ajal menjemput. Semua bener-bener rahasia Allah SWT.
BalasHapus"Tuhan lebih menginginkan mereka semua untuk kembali ke kampung di mana mereka semua bermula. Kampung akhirat" --> merinding bacanya.
Mata kuliah statistika dasar ya *jadi inget masa-masa kuliah*
Semoga masih dapet kesempatan untuk ngambil mata kuliah itu, dan semoga sukses lomba puisinya :D
unpad ato unpar ni..jatinangor hehhe
BalasHapus