Success Is My Right (eps 03)

23.30 Awaldi Rahman 0 Comments


Sungguh beruntung nasibku, predikatku di SMA yang terkenal dengan prestasinya yang banyak, mampu menghantarkanku ke perguruan tinggi terkenal, Universitas Korea. Untuk biayanya, setiap hari aku harus berjuang menjadi seorang tukang sapu jalanan. Mungkin hanya itulah satu-satunya cara agar aku bisa tetap kuliah.
Bagaimana dengan hasil ujian nasionalku ketika SMA? Astaga, mengenai hal itu aku sangat bersyukur sekali. Lagi-lagi aku berhasil mendapatkan nilai rata-rata tertinggi di sekolah, lalu diikuti oleh sahabatku, Lee yang berada di peringkat kedua.
Perjuangan keras yang selama ini aku dan Lee lakukan, membuahkan hasil yang membanggakan. Aku dan Lee percaya bahwa setiap hasil yang didapat, pasti sebanding dengan usaha yang ia lakukan. Oleh karena itu, aku dan Lee benar-benar memanfaatkan waktu luang untuk diskusi bersama.
Bicara tentang Lee, sahabatku. Ia sudah hijrah ke kota Berlin tiga pekan yang lalu. Sesuai dengan perkataanya bahwa ia akan pindah setelah ujian nasional nanti. Dan beruntunglah aku pada saat sebelum kepergian Lee, aku ditemani Ayah dan Ibu masih bisa menghantarkannya hingga bandara yang ada di ibukota. Lee berjanji padaku akan berkunjung kembali kesini setelah ia sukses menjadi manajer perusahaan besar. Lalu Lee pun pergi, sahabat terbaikku pergi.
Di Berlin sana, kabarnya Lee aktif di berbagai organisasi di kampusnya. Begitu juga denganku, saat kuliah inilah awal mula titik balik hidupku. Aku mulai berkenalan dengan dunia politik, menjadi anggota dewan mahasiswa, hingga aku ditarik menjadi salah satu pekerja di pabrik kendaraan ternama. Meskipun hanya seorang pekerja, semua itu kujalani dengan sepenuh hati.
*~*~*~*~*~*~*~*~*
10 Tahun Kemudian,
Kemampuanku mengundang perhatian dari seluruh pekerja pabrik, hingga terdengarlah berita itu kepada pendiri pabrik. Tanpa harus berpikir panjang, pendiri pabrik tersebut dengan beraninya memposisikanku di divisi konstruksi. Sungguh, aku terkejut seketika saat mendengar berita itu. Bukan karena aku takut akan posisi itu, melainkan amanah yang akan kutanggung akan lebih berat lagi.
*~*~*~*~*~*~*~*~*
20 Tahun Kemudian,
Setelah sekian lama aku bekerja di pabrik, kini aku menapaki kembali dunia politik. Pada tahun itu juga aku tercatat sebagai anggota dewan, dan meninggalkan dunia konstruksi. Semua itu dengan harapan agar cita-citaku dulu bisa terwujud dan menjadi kenyataan.
*~*~*~*~*~*~*~*~*
10 Tahun Kemudian,
Kini aku menjadi seorang tokoh yang paling dipandang di kota Seoul. Ya, sudah selayaknya seorang walikota suatu kota itu dipandang, karena interaksi langsung kepada masyarakat pasti terjadi disana. Dan satu langkah lagi cita-citaku akan terwujud, menjadi orang nomor satu di Korea Selatan.
Dan yang mengejutkan pada tahun itu adalah kedatangan Lee, sahabatku datang jauh dari Berlin sana. Sungguh ia datang dengan membawa kabar baik. Kini dirinya telah menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan minyak di Berlin. Ia terlihat lebih gagah, tampan dan lebih mapan seperti kedua orang tuanya. Sayangnya, pertemuan itu hanya singkat. Lee harus pulang kembali ke Berlin karena mempunyai urusan lain yang lebih penting.
*~*~*~*~*~*~*~*~*
5 Tahun Kemudian,
Aku sangat bahagia sekali. Aku yang masa kecilnya sangat miskin itu, kini menjadi orang nomor satu di Korea selatan. Hidupku mulai dari kemelaratan yang luar biasa hingga menjadi seorang presiden seperti yang terjadi saat ini. Sebuah pembuktian bahwa cinta, perjuangan dan keyakinan itu dapat menaklukan segalanya. Dan setiap orang itu memanglah berhak untuk hidup sukses.
Aku sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibuku yang selalu menasihati, membimbing dan menuntunku menuju jalan yang terbaik. Juga untuk sahabat seperjuanganku, Lee. Kini saatnya aku yang berkunjung ke perusahaan minyak terbaikmu di Berlin. Lee, aku sukses, aku seorang presiden.

0 comments: