#ProsaSelasa: Paramasastra Ekonomi
Durasi Baca: 5-6
Menit
"Paramasastra
Ekonomi"
Dalam skala kecil
mempelajari fungsi individu per-industrian
Menyikapi tingkah
laku rumah tangga juga perusahaan
Berasumsi rumah
tangga memaksimumkan kepuasan
Lalu profit
dimaksimumkan perusahaan, di segi mikro perekonomian
Beralih ke skala
besar bicara fungsi secara keseluruhan
Menyentuh pelbagai
elemen masyarakat jelaskan perubahan
Menganalisis cara
terbaik pengaruhi target kebijaksanaan
Tumbuh kembang harap
dalam potret sisi makro perekonomian
Adakah kita tahu
floor price dan ceiling price selalu jadi biang keributan
Masalah terjadi
karena harga dasar dan harga tertinggi tidak sampai kesepakatan
Hingga mekanisme
pasar menengahi pun sungkan
Krisis buat jadi
semrawut dan serabutan sekaligus dua sekalian
Atau pernahkah kita
menyelisik bidang moneter perekonomian
Di mana keadaan
stabilitas harga tak mampu lagi tuk dijelaskan
Inflasi sana inflasi
sini tak sanggup lagi dikendalikan
Sempurna sudah buat
jerit rakyat semakin berkepanjangan
Di undang-undang nomor
lima tahun sembilan sembilan
Mengatur masalah
monopoli ekonomi, yang sering jadi keterangan pelanggaran
Kuasai barang atau
jasa pasar dengan maksud menghancurkan
Yang penting obsesi
tercapai dan persaingan dimenangkan, heran
Masih sama di tahun sembilan
sembilan
Enam koma dua juta
penganggur terbuka suatu institusi memperkirakan
Lebih lagi tahun lalu
tujuh koma lima enam juta dalam bilangan
Pantas saja jika
pengangguran disebut penyakit ekonomi kekinian, bukan?
Masalahnya semua
masalah oleh kita selalu dipermasalahkan
Gemuruh distribusi
dan rumitnya birokrasi di musim penghujan
Sama pusingnya
seperti menghadapi kemarau berkepanjangan
Belum lagi
infrastruktur yang berantakan mengganggu siklus kegiatan
Sampai akhirnya
aktivitas impor pun kini menjadi pertanyaan
Setelah pangan,
sektor apalagi yang akan ikut-ikutan?
Curigaku esok atau
lusa justru petani kita berparas kaukasoid ke-eropaan
Kumohon, cukup impor
saja dari mereka tentang sebuah kemajuan
Hanya untuk sekadar
menegur kelangkaan
Yang menetap
disekitar kita sudah kelamaan
Mungkin bila berhasil
kita mengakuisisi kemajuan
Kita temukan
antitesis sepadan, supaya tenanglah yang tersedu-sedan
Dengan begitu
berkurang pula intensitas oceh berbagai keluhan
Bahkan buat tersenyum
sedari ayah ibu bibi hingga paman
Bisa jadi bagi mereka
juga yang mengadu nasib di jalanan
Aduhai apakah ini
yang mereka bilang tentang negeri ekonomi impian
Sudah banyak wacana
yang oleh para ahli dipaparkan
Namun belum semua
buah akal itu bisa direalisasikan
Terkecuali apabila
kita mau bersungguh dalam edukasi pemahaman
Dengan aplikatif
dalam penerapan, bisa kembalikan normal lagi skala perekonomian
HIA & MAR
01 Februari 2016
Sudan - Jakarta
-0-0-0-
Filosofi
#ProsaSelasa: Paramasastra Ekonomi:
Selamat hari selasa
para penikmat #ProsaSelasa!
Menurut saya, inspirasi
prosa kali ini datang secara tidak sengaja. Pada #ProsaSelasa
sebelum-sebelumnya terdapat sebuah komentar yang secara gak langsung merupakan
sebuah tantangan bagi kami (saya dan karib saya) untuk membuat prosa yang
bertajuk ekonomi. Setelah #ProsaSelasa yang berjudul Tentang Waktu rampung
terselesaikan, langsung saja kami eksekusi prosa ekonomi ini. Pada bait ganjil
kami suguhkan kepada pembaca tentang sektor ekonomi mikro, selanjutnya bait
genap biarkan sektor ekonomi makro yang berbicara, begitu seterusnya.
Ekonomi mikro di sini
berbicara mengenai perilaku konsumen dan perusahaan yang tergambar pada bait
pertama. Bait ganjil berikutnya, ada penentuan harga-harga pasar yang ikut
disinggung juga pada prosa ini. Lalu masih ada lagi masalah monopoli ekonomi
sebagaimana yang telah tercantum dalam UU No. 5 Tahun 1999, hal tersebut tentu
merupakan salah satu faktor kegagalan pasar. Belum lagi gemuruh distribusi,
rumitnya birokrasi serta infrastruktur yang mengganggu mobilisasi.
Lalu ekonomi makro
juga hendak angkat bicara pada bait genap. Tentu kita tahu, lewat makro ini
yang dipelajari adalah ekonomi secara keseluruhan atau dalam skala yang lebih
besar lagi. Mulai dari inflasi yang kerap kali melanda ibu pertiwi, faktor
tenaga kerja yang rasanya pengangguran ini bisa disebut penyakit ekonomi
kekinian, ada juga sektor impor pangan yang sempat heboh pada awal 2016 ini.
Secara umum, memang
terlihat prosa ini seperti berisi problematika baik dari mikro maupun makro.
Sedangkan secara khususnya, prosa ini bertujuan untuk hal edukatif. Kalian
pernah merasakan rumitnya belajar matematika atau fisika? Bete karena enggak
paham-paham setelah baca text book –yang panjang, penuh penjelasan, dan
belum lagi bahasa yang sulit dipahami- berulang kali? Nah! Begitu juga tujuan
tersirat dalam #ProsaSelasa kali ini sebagai bentuk metode pembelajaran melalui
gaya tata bahasa sastra. Jadi, di samping membahas problematika ekonomi segi
mikro dan makro, pembaca secara tidak langsung juga sedang mempelajari materi
ekonominya.
Saran dari penulis, jika
kita merasa jenuh dengan metode pembelajaran yang biasanya diterapkan. Boleh
sekali kalian menggunakan metode ini. Setelah buku ekonominya dibaca, dipahami,
dan sudah ditandai bagian pentingnya. Bisa dibuat sejenis rangkuman singkat
dengan gaya prosa seperti ini. Menarik, bukan? :)
Sebenarnya, ide ini
terlahir dari obrolan iseng kami. Berawal dari sajak pertanian kemarin, lalu
beralih ke prosa ekonomi ini, lantas kenapa kita tidak buat saja prosa mata
pelajaran sebagai metode pembelajaran masa kini. Pelajaran matematika misalnya,
belajar melalui bait-bait aksara pada rumpunan rumus dan angka. Siapa yang tahu
kalau disajikan melalui tatanan prosa seperti ini, bisa merubah kesenangan
terhadap salah satu pelajarannya. Awalnya enggak suka matematika jadi suka,
awalnya enggak tertarik ekonomi jadi tertarik. Who knows?
Sekian #ProsaSelasa
pekan ini. Terima kasih kalian sudah mau menyempatkan baca prosa kali ini.
Sekarang, berikan komentar terbaikmu yuk!
39 comments: