I Dream Loud!

14.49 Awaldi Rahman 41 Comments


Durasi Baca: 7-8 Menit

“Aw, mau ikutan ini gak?” Tertiba ada chat masuk dari salah seorang teman saya.
Seingat saya, ketika itu saya sedang berada dalam perjalanan menuju Jatinangor. Tempat di mana saya menimba ilmu. Tepatnya dalam sebuah bis yang bertujuan akhir di Tasik, saya membuka chat tersebut lalu membacanya. Ternyata bersama dengan chat itu dikirim juga poster acaranya.


 “Itu free kan ya? Kuy!”
Itulah kali pertama respon saya setelah mengetahui bahwa seminar tersebut bersifat terbuka untuk semua fakultas dan yang enggak kalah pentingnya lagi adalah free entrance! Terlebih lagi dengan mimpi sebagai tajuk bahasannya. Ah, bagi saya pribadi berbicara mengenai mimpi itu selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan tentu untuk direalisasikan pada kehidupan nyata.
Sesampainya di kosan, tanpa berpikir panjang langsung saja saya segera mencoba mendaftarkan diri untuk ikut serta di seminar tersebut. Namun, sinyal di kosan kurang membawa keberuntungan waktu itu sehingga berujung pada didaftarkan oleh teman saya. Berhasil. Setelah itu, saya hanya diminta untuk bersabar menunggu konfirmasi email balasan sebagai bukti telah mendaftar sekaligus tiket masuk ke seminar tersebut. Tetapi, sampai H-7 seminar pun saya belum mendapatkan konfirmasi email itu sedangkan teman saya ini sudah terlebih dahulu mendapatkan konfirmasinya. Ah, mungkin pesertanya sudah terpenuhi. Begitu pikir pupus saya waktu itu.
Tibalah H-5 seminar, waktu itu saya memutuskan untuk mengecek email kembali. Kamu tahu? Ternyata belum ada juga! Terkadang di situ saya merasa sedih. Barulah pada H-3 seminar saya mendapatkan konfirmasi email tersebut. Tandanya saya bisa mengikuti seminar itu. Yeay!

Senin, 22 Februari 2016, Pukul 13.30 WIB
Hari di mana seminar akan berlangsung pun tiba.
Setelah cukup lama mengantre masuk, akhirnya saya berhasil memasuki ruangan seminarnya. Tepatnya, di Bale Santika –salah satu tempat di Unpad yang memang diperuntukkan sebagai tempat acara seperti talkshow, seminar, dan workshop. Namun, tidak ada lagi kursi kosong yang tersisa dan akhirnya saya duduk menghampar di depan panggung.
     Kali pertama yang masuk sebagai pembicara adalah seorang CEO Godrej Indonesia, Naveen Gupta. Barulah setelahnya dilanjutkan oleh penulis buku ‘The Naked Traveler’, Trinity. Di sesi pertama ini, mereka terlebih dahulu memperkenalkan dirinya masing-masing dalam lima hal berikut.
1.    Hidden Talent.
Hidden talent atau bisa disebut juga bakat tersembunyi. Naveen sendiri menunjukkan bakat tersembunyinya adalah ibu jarinya yang fleksibel. Bisa menyentuh bagian pergelangan tangannya. Sedangkan Trinity, bakat tersembunyinya adalah bisa menggerakkan kedua kupingnya.
Ketika membaca dua kata tersebut di slide presentasi mereka, seketika saya langsung berpikir sejenak. Apa ya hidden talent saya? Sampai tulisan ini rampung pun sepertinya saya belum tahu apa bakat tersembunyi saya hehehe.
Kalau kamu, apa bakat tersembunyimu?
2.    Guilty Pleasure.
Kalau bagian ini, bisa dibilang semacam sebuah kesukaan yang terkadang menyebabkan lupa waktu atau sekadar penghilang rasa bosan saja. Guilty pleasure dari seorang Naveen yaitu bermain ‘Score! Hero’ di android kesayangannya. Berbeda halnya dengan Trinity yang lebih suka menonton entertainment.
3.    Petpeeve.
Bisa dibilang kalau petpeeve ini seperti sebuah ketakutan akan sesuatu hal atau rasa kesal akan sesuatu. CEO Godrej Indonesia ini nyatanya sangat phobia dengan seekor cicak. Sedangkan penulis buku The Naked Traveler ini akan merasa kesal apabila ada orang yang tidak mau antre.
4.    Achievement.
Lantas, pencapaian apa saja yang telah mereka capai sampai sekarang? Kalau Naveen, pada slidenya menampilkan bahwa achievement-nya adalah melakukan terjun sky jump dari salah satu gedung tertinggi di dunia. Kalau Trinity, achievement baginya adalah telah berkunjung ke 22 negara hanya dalam kurun waktu satu tahun saja loh, guys.
5.    Bucketlist.
Nah, bucketlist di sini merupakan pencapaian negara-negara yang berhasil mereka berdua kunjungi. Naveen sendiri telah berhasil mengunjungi 52 dari 100 negara yang ada dalam bucketlist-nya. Sedangkan Trinity telah berhasil menginjakkan kakinya di 72 negara. Satu di antaranya adalah Indonesia candanya waktu itu hahaha.

Setelah sesi perkenalan selesai, mereka berdua memaparkan segala hal yang berhubungan dengan mimpi secara bergantian. Dimulai dari Naveen yang menjelaskan visi misi dari perusahaan Godrej sendiri yang menginginkan perusahaan mereka bisa berhasil masuk ke ranah internasional dan bisa mencetak sumberdaya yang berkompetensi baik. Di sisi lain, Trinity bercerita ketika harus resign dari pekerjaannya dan memutuskan untuk menjadi blogger pada tahun 2005. “Full time traveler, freelance writer.” Ujarnya penuh bangga. Bagi yang penasaran sama Trinity bisa berkunjung ke blognya di sini. Tentu mereka berdua menjalaninya atas dasar sebuah passion.
“Because life is too short to do things you don’t love.”
Dari seminar ini pun saya bisa mengambil beberapa pelajaran dari apa yang telah mereka berdua coba sampaikan kepada para peserta seminar. Di bawah ini terdapat beberapa pelajaran yang saya dapatkan. Simak kuy!

LESSON 1: Dream big.
Bermimpi besarlah! Selagi mimpi itu merupakan sesuatu hal yang gratis.
Secara logika, semakin besar mimpi kita maka akan semakin besar pula pencapaian yang didapat apabila telah berhasil mewujudkannya menjadi kenyataan. Misalnya, si A menargetkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4 untuk masa akhir perkuliahan di tingkat dua. Sedangkan B hanya menargetkan IPK 3,8 untuk akhir tingkat duanya. Hasilnya, si B berhasil mendapatkan IPK 3,8 dan si A hanya mampu mencapai IPK 3,9. Secara hitam di atas putih mungkin si A dikatakan gagal. Namun, secara harfiahnya si A masih lebih unggul dibanding si B yang berhasil mencapai targetannya.
Jadi, yuk buat capaian mimpi sebesar-besarnya!
LESSON 2: Take risks. But be ready to adapt.
Selanjutnya, berani mengambil risiko. Di saat sekiranya sudah yakin dengan apa passion kita sebenarnya dan juga memiliki mimpi yang besar, maka tindakan yang diperlukan untuk melangkah lebih jauh lagi adalah berani mengambil dan mengahadapi segala risiko yang harus dilewati nantinya. Tentu kita juga dituntut agar bisa beradaptasi dengan dampak dari risiko yang kita pilih.
Misal, di saat si A memutuskan untuk menjadi full time blogger dan memilih resign dari kantornya. Berarti si A telah memikirkan apa saja risiko yang akan ia hadapi dan harus bisa beradaptasi akan kondisi tersebut.
“Don’t just dream it. Quantify it and be good at it.”
LESSON 3: Focus on people.
Terakhir, fokus. Setelah jelas mimpi besar kita apa dan siap menghadapi apapun risikonya, maka hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah fokus. Fokus dengan segala hal yang dapat membantu mewujudkan mimpi tersebut.
Ingat, fokus. Jangan salah fokus.

Ada sebuah momen lucu sebelum seminar diakhiri. Sebelum sesi seminar ini dimulai, panitia sempat berkeliling meminta kertas mimpi kepada peserta yang hendak mengumpulkan. Nah, tepat dipenghujung seminar kertas-kertas tersebut dibacakan oleh Naveen dan Trinity. Ada yang menuliskan mimpinya ingin menjadi food blogger terkenal di Bandung, melanjutkan studi S2 ke Jerman, nikah muda seperti Raffi dan Gigi, punya suami yang pintar ganteng juga kaya, sampai pergi ke Disneyland hasil dari menang undian hahaha. Memang hal tersebut tidak ada salahnya kok. Semangat mewujudkannya bagi yang menuliskan mimpi tersebut!

So, wake up dreamers! I dream loud!

with the maestro of travel blogger, Trinity!
with CEO Godrej Indonesia, Naveen!

41 comments: