#ProsaSelasa: Melek Aksara
Durasi Baca: 5-5 Menit
“Melek Aksara”
Sepanjang malam aku terjaga.
Menyusun sebuah sajak kecil dan sederhana.
Namun hingga mentari terbit di timur cakrawala.
Kalimat pembuka pun tak mampu aku selesaikan seluruhnya.
Hingga aku pergi meniti hari.
Namun sama; tidak aku temukan juga di luar sana.
Di mana kata-kata mengumpat sembunyi.
Bukankah seharusnya bersama penyair dan
mahakaryanya.
Ada apa kini, kebiasaan baca mulai berjarak.
Cerita dongeng mulai jauh dari anak-anak.
Kitab suci banyak jadi pajangan di rak rumah.
Kutipan di dalamnya sekarang hanya sebatas
cinderamata mewah.
Adakah kita tahu perihal tingkat literasi bangsa
ini mengkhawatirkan?
Dibilangnya pada angka enam puluh dari enam satu
dalam rentetan.
Belum lagi, soal minimnya produksi buku yang tak
kalah memiriskan.
Tengok saja bangsa sebelah, jangan tercengang jika
bedanya dibandingkan.
Kenapa seakan dibiarkan saja? Tanya mereka selalu
begitu.
Sedangkan perkara literasi sudah dicerdaskan
pemerintah bahkan semenjak sebelum subuh.
Sayangnya belum usai kebijakan satu, datang lagi
penguasa yang baru.
Akankah kita terus mengeluh dan saling menuduh?
Aku khawatir, banyak lembar telah kubaca, namun
sedikit hikmah dan nilai di dalamnya.
Apa ini salahku? Yang dengan bacaan bermutu tak
terbiasa.
Atau memang telah habis masa? Negeri ini telah
kehabisan ide tema untuk karya-karya terbaiknya.
Oh sungguh, betapa nelangsanya.
Berapa jumlah kebijakan pemerintah yang belum
selesai dijalani sudah kita kritisi.
Bukan agar lebih baik, melainkan protes hendak segera
diganti.
Ayolah, sampai kapan ikhtiar kita akan tidak
sejalan?
Pemerintah berusaha menyediakan yang terbaik,
sedang dari warganya sendiri tak kunjung ada perubahan.
Mulailah membaca, agar kelak hadir dan lahir para
cendekia.
Mulailah menulis, agar sejarah abadikan selamanya.
Mulailah bersyair, agar semakin kuat senandung
semangat dalam jiwa.
Mulailah, karena sekarang inilah waktunya.
HIA, MAR.
Sudan, Jakarta.
16 Juli 2018.
-0-0-0-
Baca #ProsaSelasa sebelumnya: 5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca
Filosofi #ProsaSelasa: Melek Aksara.
AH!
Sudah lama tidak. Akhirnya setelah sekian banyak purnama terlewati, dengan
senang hati saya mengumumkan, #ProsaSelasa kembali rilis lagi. Semoga tidak
kaku dalam penulisan dan bisa kembali istiqomah di pekan-pekan selanjutnya.
Aamiin.
Selasa
kali ini, kami mengangkat suatu hal –entah ini fenomena atau bukan– yang
berkaitan dengan literasi. Jika teman-teman mencari di mesin penulusuran apa
itu literasi, maka akan didapati bahwa literasi adalah kualitas atau kemampuan
melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis.
Benarkah,
dewasa ini kebiasaan membaca mulai luntur?
Menurut hasil penelitian The World’s Most
Literate Nation yang dilakukan oleh Central Connecticut State University
(2016), menempatkan Indonesia di urutan ke-60 dari 61 negara sebagai negara
dengan tingkat literasi atau minat baca rendah. Indonesia persis berada di
bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Ditambah data dari International
Standard Book Number (ISBN) pada tahun yang sama, Indonesia tercatat minim soal
produksi buku dengan hanya memproduksi 64 ribu buku per tahun. Berbanding jauh
dengan Tiongkok yang memproduksi 440 ribu buku per tahun.
Kemudian, kita dengan
entengnya bertanya, “Kenapa seakan dibiarkan saja?” alias parafrase lain dari
pertanyaan, “Pemerintah kemana aja selama ini? Kemdikbud ngapain sih kerjanya?”.
Padahal jika kita mau aktif mencari informasi, hal itu mudah saja karena akses
yang sudah terbilang mudah. Soal gerakan mengirim buku gratis, pengembangan
perpustakaan sekolah maupun daerah, hingga pengembangan kualitas sumber daya
manusianya. Sudah coba tengok?
Belum ingin selesai di
situ, kita menambahkan bumbu lagi, “Lagian sih, ganti menteri ganti kebijakan
lagi”. Tidak ingin berpanjang lebar dalam perkara ini, baris terakhir pada bait
tersebut menutupnya dengan, “Akankah kita
terus mengeluh dan saling menuduh?”.
Lantas, benarkah dewasa
ini kebiasaan membaca mulai luntur? Jawaban menurut kami, tidak sepenuhnya iya,
namun tidak sepenuhnya tidak juga. Pemerintah tidak sepenuhnya salah, kita
sebagai masyarakat pun tidak sepenuhnya benar menyoal ini.
Hal penting yang bisa menjadi solusi untuk
permasalahan ini adalah mawas diri. Ya, mawas diri ini menjadi penting karena
asasnya yang bukan saling tuduh, saling menyalahkan, dan saling merasa segala.
Tetapi orientasinya ke evaluasi dan muhasabah,
apakah sudah optimal dalam menjalankan program, apakah sudah optimal dalam
mendukung kesuksesan program? Ayolah, sampai
kapan ikhtiar kita akan tidak sejalan? Kecuali, kalau memang jalan di tempat
adalah hal yang paling kita inginkan.
Terakhir,
seperti biasa kami ingin mengajak teman-teman semua untuk ambil bagian dalam
mendukung dan memajukan literasi bangsa Indonesia. Mulailah membaca, setidaknya
dimulai dari hal yang kita sukai untuk kemudian beranjak membaca hal yang tidak
hanya disukai lagi. Mulailah menulis, berkarya dan menjadi bagian penting dari
abadinya sejarah. Mulailah bersyair dan mulailah hal itu semua dari sekarang.
Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?
Nah,
sekian filosofi #ProsaSelasa kali ini. Kalau dari teman-teman apakah ada tambahan
atau bahkan sudut pandang berbeda? Boleh banget tulis komentarnya di bawah ya!
nb: Bagi
yang tertarik ingin berkolaborasi juga di #ProsaSelasa ini, boleh banget email
ke prosaselasa(at)gmail(dot)com dengan subject Nama – Mau Kolaborasi. Yuk
berkolaborasi!
Di Zaman sekarang ini,minat membaca sudah mulai luntur apalagi dikalangan remaja.Padahal dengan membaca kita dapat menambah wawasan dan dapat mengenal dunia luar ....
BalasHapusSemoga masing-masing pribadi bangsa ini saling mawas diri ya, Mbak :)
HapusIya mas,semoga tiap orang dapat menyadari pentingnya membaca ....
HapusAamiin. Setuju!
Hapusselamat udah bisa rilis lagi
BalasHapusTerima kasih, Bang Day!
HapusUntungnya kita masuk grup yang mewajibkan kita untuk membaca terlebih dahulu ya gan wkwk, btw frasa-demi-frasanya keren kak, ajarin dong, atau bikin postingan tips menggali kata wkwk. Dan, salam kenal juga, ^^ follback juga.
BalasHapusNahiya, so lucky sekali yaaa!
HapusMari sama-sama belajar aja gan, ku juga masih belajar kok hehehe :)
Keren nih, Mas. Baca ini sebelum istirahat.
BalasHapusDan sepertinya kok aku baru kesini ya, meskipun sama-sama di BE, atau waktu saling promo jarang sama :D
Salam kenal ya, Mas.
Semoga para pembaca, penulis di blog dan semuanya makin rajin makin giat untuk membaca, apapun itu.
Sehat selalu, Mas. Semoga terus bisa berbagi tulisa di blog ini :)
iya nih, ini kali pertama aku muncul lagi setelah sekian lama hiatus dari dunia blogger hehehe. Semoga kali ini semangat lagi menulisnya ya. Aamiin.
HapusAamiin. Terima kasih dan salam kenal juga ya, Mas!
Miris memang dengan minat baca anak sekarang, kayaknya sudah nggak mau baca buku, sibuknya malah maen gadget, anak kecil yang baca buku jadi sesuatu yang langka, kereen mas tulisannya, nanti coba deh aku ikutan kolaborasi hehe
BalasHapusIyaaa lebih asyik main gawai ya anak zaman now, saya juga termasuk mungkin.
HapusMakanya tulisan ini sengaja dibuat supaya bisa jadi bahan refleksi diri sendiri terutama.
Terima kasih banyak ya! Ditunggu sekali kalau mau kolaborasi :)
Beberapa orang memilih untuk selalu mengkritisi tanpa memberi solusi. Padahal kalau ingin yang lebih baik bagi negeri, bagiku tidak perlu banyak basa basi. Aksi. Itu yang harus dilakukan kini :)
BalasHapusYap, benul sekali ini!
HapusWah keren! Dan sepertinyaa ini kunjungan perdanakukah?? Memang harusnya mulai dari sekarang Indonesia, khususnya generasi muda bisa meleh membaca dan menulis. Jdikan literasi sebagai kebutuhan begitu. Padahal kalau berkunjung ke Perpustakaan Nasional Indonesia di jakarta, waduh itu perpusnas udah canggih bingit macam perpus di luar negeri. Udah gitu dia juga perpustakaan tertinggi lho. Tinggal netijen aja ini jangan kebnayakan komen di sosial media, tapi membacalah!
BalasHapusSepertinya tidak perdana, Mbak. Pernah mampir kok kalau ndak salah hehehe.
HapusSetuju sekali, menjadikan literasi khususnya menulis dan membaca itu sebagai suatu kebutuhan.
Waduh, orang Jakarta tapi belum pernah ke perpusnas nih. Jadi malu. Sepertinya liburan kali ini harus diagendakan. Okesip terima kasih mbak telah mereminder saya kalau ingin ke perpusnas! Hahaha.
wah harus banget itu ke perpusnas. dan jangan lupa juga daftar jadi membernya buat dapetin kartu anggota yang berguna bangettt
HapusSiap mbak! Diagendakan dan insyaaAllah sekalian buat kartunya hihiw.
HapusPernah dengan tanggap tentang minat baca dari Pandji, katanya minat baca di Indonesia kurang karena tidak adanya minat baca sedari kecil.
BalasHapusDan, anak2 yang senang robot selalu disodorin buku otomotif, ilustrasinya kayak gitu..
Yap! Saya juga kurang lebih dengar statement dia kalau perlu banget buat kita menanamkan nilai curiousity. Semua yang berawal dari penasaran akan menjawabnya dengan cari tau. Action.
HapusMantap!
Semakin kesini minat baca emang makin berkurang, apalagi ditengah dunia yang serba visual ini. Makin kurang tertarik orang2 untuk membaca.
BalasHapusTanpa disadari, dalam keseharian pun pasti kita melakukan kegiatan membaca ya padahal mas. Misal, kalau mau balas pesan atau chat? Pasti baca. Mau belajar buat ujian? Pasti baca. Terlepas konteksnya fisik ataupun ebooks. Hm menarique.
HapusKayaknya ini pertama kalinya aku ke sini.
BalasHapusdan langsung suka sama penusanya, menarik, sangat menampar wkwk.
Aku pun dulu rajin membaca, lambat laun jadi jarang membuka buku lagi karna waktuku terkuras habis untuk membaca caption instagram atau thread para selebtweet.
Ada keinginan untuk memulai kembali kebiasaan membaca buku beberapa jam sehari, Sayangnya hanya sebatas ingin saja. Istiqomah itu sulit :(.
#ProsaSelasa
Sepertinya ini pun bukan kali pertama kamu deh wkwkwk. Sudah pernah mampir kok, tapi terima kasih ya banyak ya!
HapusWaini anak sosial media banget nih masnya haha. Gapapa sih daripada memilih untuk tidak baca sama sekali, tapi dewasa ini sepertinya apa sih yang gak kita baca dulu. Lain hal soal audio visual.
Ayo dicoba mas! Semangat dan semoga istiqomah ya.