#ProsaSelasa: Sajak Agroekosistem
Durasi Baca: 5-5
Menit
Kutatap hiruk pikuk
manusia hilir mudik
Berarak-arak tumpah
ruah di jalan-jalan
Mondar-mandir riuh
bergerak bolak-balik
Sambil didamba-damba
oleh mereka angan-angan
Andai diriku bisa
terbang melayang
Ingin rasanya
kususuri penjuru ibu pertiwi
Agar jelas harap akan
semua yang membayang
Masih indahkah bumi
tani atau telah usai
Dibawah mata kaki ku
ialah bumi yang sangatlah subur tanah nya
Tanah surga disebutnya
dalam dendangan lagu
Lempar tongkat kayu
juga batu tumbuhlah bertunas semua
Kau duduk lah
sebentar biar aku terangkan istimewanya negeri agraria itu
Namun maafkan aku
bila tak cukup sebentar masa untuk bercerita
Tentang
Sabang-Merauke yang dicipta Tuhan dengan sumringah
Tentang hamparan
tanah coklat mengkilat, tempat tumbuh harap dan cita
Juga tentang senyuman
dan sekuntum bunga yang sama merekah
Negeri Khatulistiwa
ini punya berjuta hektar sawah ladang dan kurasa kita tahu akan itu
Lebih lagi dengan
ditambah berjuta hektar hutan dan perkebunan yang membentang hijaukan belantara
Indonesia
Dahlia, Flamboyan,
Semanggi, Kamelia, Cendana, Meranti, Mahoni sedikit kusebutkan beberapa jenis
untukmu
Tak asing ditelinga
memang, namun beberapa nama dan jenis dari bunga, umbi, biji, kayu, sayur, buah
kini makin asing di mata manusia
Ah, masih ada
beranekaragam ternak juga beratus ribu gerombol ikan yang tak mungkin kusebut
jenisnya satu persatu
Aku, kamu, juga
mereka pasti terselimuti rasa takjub terpesona jika melihatnya
Sungguh! Kau takkan
sudi beranjak pergi meski hanya tuk sementara waktu
Tetapi, kurasa
potongan cerita ini masih belum bisa disebut sebuah rangkaian sempurna
Sebab hari hari ini
paceklik kian meresahkan
Agroekosistem
timpang, miring sebelah
Petani dan tukang
kebun mulai risau kehilangan meter demi meter tanah dan lahan
Mata nya berbinar dan
nanar oleh pencakar langit yang menjulang nan kokoh menimpa petak demi petak
sawah
Tepatnya disana, di
gubuk tepi sungai kutemui seorang tua bermata binar
Benaknya terkenang di
masa jaya saat negeri ini bergelar swasembada
Di bentangan langit,
persis tanggal 14 kutemui purnama tak lagi bersinar
Dalam pekat malam, ia
menyala tetap yakin pada harapan pun perubahan ada dipundak pemuda
Hei kawan, pasti kau
mengerti kata pak tua itu bukan
Biar esok atau lusa
rujukan sektor agrikultural Asia bahkan dunia adalah tanah ini
Supaya jadi bukti
hasil semai bibit asa para pelakon pertanian
Dapat dipanen dan
mengisi perut keturunan nya di kemudian hari
Serukan lagi! Agraria
ialah identitas pun jatidiri
Perjuangan ini
bukanlah mudah, namun janganlah menyerah
Kembalikan lagi hak
mereka yang hilang dicuri
Reformasi pertanian
ialah harga mati tuk masa depan gemilang nan cerah
Mari ikut aku, kita
susuri permainya Indonesia dengan jalan beriringan
Sembari pulang, kita
telisik tabir pada poros dan batas humanitas dalam modernisasi
Kita sungguh mampu
menimang komoditi global agronomi pangan
Bertuah dengan nama
pertanian, menyandang idealisme Agroteknologi
Mari ikut aku, kita
susuri permainya Indonesia dengan jalan beriringan
Sembari pulang, kita
panggul gelora asa pengembangan budidaya penuh optimis
Kita sungguh mampu
wujudkan stabilitas ekonomi tani tuk sekarang juga masa depan
Bertuah dengan nama
pertanian, menyandang idealisme Agribisnis
Mari kawan, sampaikan
salamku pada keluargamu
Esok mari sama sama
kita sempurnakan kisah tadi jadi lebih seru
Langit Jakarta, Tasikmalaya,
Sudan.
Rabu, 13 Januari 2016
-0-0-0-
Filosofi
Sajak Agroekosistem:
Puisi ini bermula
ketika saya, sebagai anak kuliah jurusan Agribisnis, mengawali liburan pada semester
pertama. Perjalanan pulang sangat ramai memang saat itu. Lalu, terbesitlah di
pikiran saya untuk mengajak kedua kawan saya ini membuat sebuah puisi berantai.
Puisi ini bercerita
tentang sektor pertanian masa kini, mungkin. Mulai dari permasalahan petani
yang kehilangan pekerjaan karena alih fungsi lahan lah hingga nama-nama jenis
tumbuhan yang kita tahu hanya sebatas jadi nama jalan saja. Hal yang serupa
terjadi pada nama-nama komoditas perikanan dan perkebunan (buah).
Namanya pun itu lagi itu lagi. Tapi, apakah semua dari kita tahu akan wujud
dari semua nama tersebut? Belum tentu.
Sampai puisi ini
selesai terbuat, terkesan masih saja banyak orang yang kurang akrab dan peduli
sama sektor pertanian. Padahal, banyak harapan dari apa yang ditanam oleh para
petani. Padahal, sejatinya hidup kita tak terlepas dari segala komoditas pangan
pada setiap harinya, bukan? Selama manusia masih butuh makan, sektor pertanian akan
selalu dibutuhkan rasa-rasanya.
Sajak Agroekosistem ini
terlihat seperti percakapan antara dua orang. Saling antusias dalam membahas
seputar problema sektor pertanian. Belum selesai hanya sampai sisi
permasalahan saja, di sini juga keduanya terlihat saling mengajak supaya lebih
percaya diri lagi dan peduli terhadap pertanian. Harapannya, dengan kolaborasi
agroteknologi dan agribisnis yang kooperatif mudah-mudahan bisa mengangkat
strata pertanian di negeri ibu pertiwi, Indonesia. Tentu harus dibarengi dengan
dukungan dan support saling percaya dari berbagai elemen hingga merambah
pada masyarakat luas juga, bukan hanya sekedar dari dua elemen tadi.
-0-0-0-
Halo pembaca blog
awaldiw yang baik hati, rajin menabung, dan tidak jomblo sombong.
Selamat hari selasa. Selasa di surga bisa blog ini bisa dibaca kamu, iya kamu.
Apalagi kalau meninggalkan komentar di bawah ini hehehe. Terima kasih sudah mau
membaca ya.
Nah, berhubung ini
hari selasa. Saya mau memperkenalkan salah satu rubrik baru di blog ini.
Rubriknya adalah #ProsaSelasa. Jadi, rubrik ini akan diterbitkan pada hari
selasa. Tidak melulu hari selasa terbit untuk #ProsaSelasa. Menyesuaikan
kondisi saja keberlangsungannya. Tetapi, rubrik ini salah satu bacaan yang
pastinya kamu tunggu-tunggu kok. See you next week ya!
ngomong ngomong tentang pertanian
BalasHapusdulu di kampung saya banyak petani
namun semua berubah ketika gusuran menyerang
banyak petani yg pensiun
gara2 lahannya di gusur
padahal enak loh dlu kalo main di sawah
bisa mancing, berenang, cari timun suri kalo bulan puasa, maen layangan, nyari burung padahal udah punya
Serukan stop alih fungsi lahan! Haha.
HapusRasanya seru ya bang bisa merasakan hal-hal seperti mancing, berenang, cari timun suri. Bisa jadi pengalaman tak terlupakan dan suatu kebahagiaan tersendiri aja gitu pernah merasakan itu.
wih keren sajaknya... mahasiswa agribisnis mah gini ya, galaunya buat sajak tentang pertanian :D
BalasHapusGalaunya meresahkan sektor pertanian ya hehe.
HapusWah, bait bait tentu pertaniannya keren..
BalasHapusAlih fungsi dari ladang ke perumahan.. Iya gitu sekarang mah.. ckckk
Nah, itu dia salah satu problema sektor pertanian.
HapusTerima kasih ya :)
Wih anak agrobisnis, emang ada matkul bersajak yaa .. canggih bet .. hahaha ..
BalasHapusEhmmm tinggal di musikalisasi nih sajaknya ..
ya semoga aja sektor pertanian negara ini yang udab stabil bisa smakin stabil lagi .. lu yang jadi penerus harus bisa ngasih trobosan2 yang kece di bidang agrobisnis ..
dan semoga sukses dengan #ProsaSelasa nya ,. ululululu~~~
Ada mas kalau saya jadi dekannya nanti haha.
HapusBoleh lah mas dikolaborasikan dengan musik, tapi mas yang iringin ya :)
Aamiin. Mohon dukungannya mas supaya saya bisa terus eksis berkiprah di bidang agribisnis (loh?)
Yeay! Terima kasih :D
Begini yak kalo anak agrobisnis kalo lagi putis, isi sajaknya gak jauh-jauh dari pertanian dan hasil alam yang disulap jadi rasa yang mendalam(^﹏^)"
BalasHapusSecara gak langsung mengajak pembacanya untuk kembali peduli pada lingkungan sekitarnya mbak, khususnya sektor pertanian ini hehe.
HapusSarat makna banget puisinya Mas...
BalasHapusKalau kata anak alay,,,dalem bingits
Udah sedalam lautan samudera belum, Mas? :D
HapusSaya orang yang kuliah di bidang agama, tapi sangat tertarik tentang pertanian, ekosistem, dan menjaga lingkungan. Dulu sempet 'ngehits' wacana keagamaan yang diintegrasikan dengan wacana ekologi di kampus saya.
BalasHapussalam kenal. :)
Wah bisa tuh mas dibagi-bagi ilmu keagamaan yang diintegrasikan dengan ekologi, sepertinya seru. Salam kenal juga, Mas :)
HapusBaca puisi ini jadi ingat kalo nanti siang harus jemur hasil panen. :D
BalasHapusBoleh tuh mbak hasil panennya dibagi-bagi :)
Hapusanak agrobisnis pas bangat kalo beginian..
BalasHapuslahan sawah udah mulai hilang di bangun gedung dan rumah rumah.
Miris sih memang. Tapi, hal tersebut bisa diinisiasikan dengan vertikal garden kok, Mas.
HapusTernyata gini kalo anak Agribisnis galau, yang di galauin pertanian Nusantara. Warbiyasah.
BalasHapusasiik ada proyek baru nih, btw, kenapa milihnya hari Selasa?
Warbiyaza haha.
HapusKarena selasa di surga (?) Eh, karena cocok aja dengan akhiran prosa yang 'sa' dengan selasa yang sama-sama 'sa.' Gitu sih filosofinya :D
pertanian, mungkin masuknya ke alam juga ya, gue banyak uneg-uneg padahal kalau bicara soal itu.
BalasHapusmantep lah selasa prosanya, thumbs up
Bisa nih mas kalo mau kolaborasi sajak bareng :)
HapusTerima kasih, yeay!
ayo siap siap :D
Hapussama-sama
Jadi, gimana selanjutnya mas? Udah kayak lagi bicarain kontrak kerja aja ini haha.
HapusKesekian kalinya kesini, tulisannya keren aja ;D eniwei, jd anak agrobisnis itu rasanya gimana sih~
BalasHapusFollback jg ya mas aku udh follow blognya..
HapusAlhamdulillah ada yang bilang keren. Tulisannya, iya tulisannya.
HapusHmmm, duh masuk aja deh agribisnis biar tau langsung gimana rasanya haha.
Sip, meluncur balik ya.
Hmm.. Kurang paham sih sama sastra-sastraan begitu. Cuman.. keep going broh! Semoga tulisannya makin kece! Ditunggu prosa selanjutnya.
BalasHapusTerima kasih kakak.
HapusSering-sering mampir dimari ya :)
Sajaknya luar biasa :))
BalasHapusWah anak pertanian ya. Peduli sama yang ada di lingkungan dong. Keren keren. Semoga ProsaSelasa nya bisa terus jalan dan lancar yah :D
Terima kasih ya :)
Hapusmaknanya dalem banget... luar biasa..!
BalasHapusKlo anak pertanian emang gitu,, tetep kembali ke lingkungan,,hahaha
Terima kasih ya.
HapusSelain anak pertanian juga harus peduli dong :)
kamu jurusan agro tapi jago nulis kayak anak sastra ya. hebat. keep writing!
BalasHapustentunya rubriknya kami tunggu..
Ah mas bisa aja nih. Alhamdulillah deh, jadi enak.
HapusTerima kasih loh mas.
wih, anak agribisnis begini deh.. kalau baper baperin lingkungan :")
BalasHapussepertinya negri ini memang sungguh permai, sumber daya alamnya sungguh menawan.
sektro pertanian memang sepertinya agak dianaktirikan kalau dibandingkan sektro industri dan semacamnya. mungkin kembali ke masalah fulus..
Setuju. Dalam dendangan lagu bilang tanah ini tanah surga.
HapusPadahal, sektor pertanian juga menjadi salah satu mesin pembangunan bangsa juga kok.
Keren bro!
BalasHapusJadi kangen di kampung, dimana semuanya itu masih sawah-sawah. Lain hal di jakarta, yang rata-rata udah gedung pencakar langit semua. Huhu.
Terima kasih.
HapusMudik aja mudik :D
wow keren banget bikin puisi berantai nya hhe. Kayaknya peka banget sama lingkungan.
BalasHapushabis baca puisi ,kayaknya gue harus nikmatin keadaan sekitar gitu deh. soalnya di puisi tadi di jelasin banget keindahan alam nya . mantap bang ;)
Sama lingkungan aja peka, apalagi sama... ahsudahlah haha.
HapusTerima kasih. Selamat menikmati keadaan sekitar :)
bisa jadi jurusannya bukan agrobisnis nih, tapi agropuitnis *krik krik*
BalasHapuskeren bro puisinya, mengingatkan kita untuk terus menjaga sumber daya apalagi yang berupa lingkungan dan pertanian.
ohya, rubriknya seru nih tiap hari selasa. saya sendiri juga sering ngeluarin tulisan berupa puisi. tapi belum berani buat konsisten macam kamu bro. Semangat bro, saya dukung 100%
Agropuitnis. Rasa-rasanya terdengar tidak aneh juga deh haha.
HapusAsik, ada yang dapet pesan tersiratnya juga ya dari sajak ini :)
Wah berkolaborasi buat sajak berantai lainnya bisa nih mungkin mas.
Saya juga bilang tidak melulu hari selasa untuk #ProsaSelasa kok mas, tergantung tersedia atau tidaknya saja prosanya.
Semangat 45!
Awesome ^^
BalasHapusSalam kenal ya ..saya anak sastra tapi kalah berdendang dengan diksinya anak agrobisnis..
Keren..
Kegalauan yg elegan karena dilembutkan oleh bahasa. Terasa banget.. dalem ^^
Lanjutkan..
Ditunggu tulisan selanjutnya yaa..
Wah justru saya yang harus berguru sama anak sastra mbak biar sajaknya gak cuma pertanian saja hehe.
HapusTerima kasih, Mbak.
Sering-sering mampir ya :)
ohhh jadi gini anak agrobisnis kalau lagi galau. ohhh
BalasHapusKenapa ya kalau bikin sajak selalu diidentikkan dengan galau? Hahaha.
HapusProsanya bagus mas, ada pesan moral yang disampaikan tanpa mempengaruhi dari filosofi yang diuraikan. Semoga aja jadi renungan buat kita semua. Kalau disusun rapi bisa jadi buku nih mas.
BalasHapusAamiin. Terima kasih, Mas.
HapusWah saya belum kepikiran untuk dijadikan buku. Terpenting sekarang adalah konsisten terlebih dahulu untuk mengisi rubrik ini mas hehe :)
Duh gue sebagai lulusan kampus pertanian merasa tergugah nih, emang sih sekarang pertanian kita engga kayak dulu lagi. Soalnya Indonesia lagi ada di masa transisi dari negara agraris ke negara industri. jadi semakin sedikit sawah dan ladang dan semakin banyak bangunan bangunan perindustrian.
BalasHapusWaaah bisa tuh mas dibagi-bagi pengalaman jadi anak pertaniannya hehe.
HapusProblema yang sudah tidak asing lagi itu mas sepertinya, tinggal bagaimana kita mencari jalan keluar atau alternatif dari permasalah tersebut saja :)
Nah itu dia. Esensinay itu konsistensinya seperti yang mas katakan. Saya termasuk yang masih belum konsistem
BalasHapusSaya juga kurang yakin betul kok mas akan terus konsisten atau tidak.
HapusTapi, selama tidak ada yang memacu untuk berkarya rasanya kurang dapet dorongan juga.
Nah dengan begitu mau gak mau ya saya coba saja dulu hehe. Semoga konsisten.
Pertama kali baca ini, gue lansung faham dengan keresahan yang di thangkan penulis ke dalam tulisan. Tentang merosotnya pertanian kita. Tanah-tanah subur yang di alih fungsikan.
BalasHapusScroll ke bawah lagi, eh rupanya ada filosofinya. Gue semakin paham. Karna, emang disitu di jelasin semua inti keaeluruhan dari prosa tersebut.
Ntap. Salam kenal, ya.
Nah tjakep! Ya begitulah problema yang terjadi dan kadang kita kurang meninjau sisi tersebut.
HapusFilosofinya mungkin bertujuan untuk lebih menekan lagi aja akan pesan yang tersirat dari sajak tersebut.
Salam kenal juga. Terima kasih ya :)
Agribisnis ada jurusan sastra juga ya?
BalasHapushehehe
Aku sampai hari ini kalau di rumah emang jadi petani juga, dan butuh jiwa - jiwa muda yang 'Peduli' agar generasi tua saat ini ada pengganti dan penerusnya. Sangat miris ketika pemuda kampung lebih memilih untuk merantau dan membiarkan para orangtua yang terus mengurus lahan.
Ada, kalau beberapa komen sebelum kamu ada yang bilang agropuitnis namanya hahaha.
HapusWah berbagi pengalaman bisa tuh gimana rasanya mengurus lahan. Udah petani dan desainer kan itu keren :D
ternyata mahasiswa agribisnis bisa puitis juga ya :D
BalasHapusBisa dong bang hahaha.
Hapuswow !!! jurusan agri-salfat ? tema dan isinya sesuai jurusan :D
BalasHapusWaduh, saya istilah baru lagi itu mas haha.
HapusTerima kasih ya.
Waa..saya terlambat dong ini sudah hari Kamis :)
BalasHapusIya sekarang banyak lahan hijau yang dijadikan perumahan, tanah pertanian jadi menyempit terus ujung-ujungnya import bahan pangan deh :)
Wah iya nih mbak. Tuhkan nyesel kan nyesel :D
HapusMantap nih, salah satu pengamat pertanian juga ya mbak hehe.
wah keren itu puisi kolaborasi yang indah ^^ Bener seperti ada komunikasi emosi tanya jawab di dalamnya, namun tidak tertulisnyata.
BalasHapusDi kala yang lainnya berlomba lomba ada puisi cinta, kamu malah bikin puisi agroekosistem.
Amazing 18 th udah sadar begini!
malulah harus nya bapak bapak yang cuma peduli sama dunia properti itu..
Ditunggu rubriknya selasa depan ya :)
Iya mbak kita membuatnya berantai via line hehehe.
HapusKebetulan saja waktu itu saya lagi kepikian sektor tani, rasanya seru juga kalau dibahas. Yasudahlah akhirnya tercipta puisi ini, Mbak.
Siap 86!
Terima kasih ya, Mbak :)
Sama samaaa
HapusHuehehehe. Baca ini jadi ingat seseorang yang dulunya mahasiswa agribisnis. Dan sekarang pergi merantau. Duh jadi baper. :'D
BalasHapusSukses ya buat Prosa Selasanya. Seru juga, pertanian dan perkebunan dijadiin bahan buat nulis puisi :))
Duh, masa lalu ya mbak #eh
HapusTerima kasih ya.
wew, anak anak agribisnis bisa buat puisi se-keren ini !! gut...gut...
BalasHapuslahan pertanian sekarang sudah banyak yg beralih fungsi. kalau di daerah saya, kebanyakan dibeli oleh pemerintah buat dijadiin jalan tol.
*Benerin kerah*
Hapuswaduh miris juga ya.
Widihhhh kakak keren bangeeeet:D
BalasHapusTerima kasih ya :D
HapusHallo awal :)
BalasHapusawal yang baik bisa menemukan ProsaSelasa.
ditunggu prosaselasanya lagi
Hehe terima kasih ya. Siap 86!
Hapussaya anak ilmu ekonomi mas, jadi tertarik bikin puisi tentang ilmu ekonomi juga hahaha
BalasHapusbisa nggak ya? kayaknya bakal absurd xD
tapi saya rasa ini adalah puisi yang unik, baik isinya, maupun proses dari membuatnya :))
Wah agribisnis juga ada ekonominya loh, Mas. Ekonomi pertanian hehe.
HapusCoba aja dulu, Mas. Kita gabakal tau hasilnya sebelum pernah mencobanya sama sekali, bukan? Hehehe.
Terima kasih :)
Uwh!! Terbaik lah
BalasHapusMerasa terpanggil nih :" lanjutin project selanjutnyaaaaa ya ditunggu
Ewh. Attention to all of commenters, ini salah satu penulis dari puisinya nih haha.
HapusSiap 86!
Asyek, setiap selasa ada prosa. Oke, bisa nih pantengin. :D
BalasHapusPertanian kita sebenernya dulu bagus, tapi kenapa sekarang impor, ya? Miris, kan.... :(
Semoga lu dan anak-anak agribisnis bisa membuat pertanian Indonesia. Aamiinn.
Gue saat ini baru bisa mendoakan. :D
Asik. Tunggu selasa depan ya, Bang :D
HapusSalah satunya karena permintaan masyarakat tak sebanding dengan ketersediaan komoditasnya, Bang. Banyak faktor yang kondisional sih sebenernya.
Buat pertanian Indonesia lebih maju? Aamiin.
Ada typo dikin mah di "Selasa di surga bisa blog ini bisa dibaca kamu" harusnya "Serasa di surga bisa blog ini bisa dibaca kamu".....
BalasHapusBtw Prosa nya bagus :D
Memang disengaja kok mas hahaha. Terima kasih :D
HapusTulisan ini bikin aku inget tulisan di sosmed beberapa waktu lalu yang isinya kira-kira begini, "jika ikan terakhir di laut sudah diambil, jika pohon terakhir di hutan sudah ditebang, jika air terakhir di sungai sudah kering, uang bisa untuk apa?" intinya, Indonesia rindu alamnya. Hmmm semoga tulisan di blog ini bisa buat kita introspeksi ya. :))
BalasHapusWah iya kak, saya juga pernah membaca kutipan kalimat itu.
HapusMaka dari itu, lestarikan. Terima kasih :)
Semoga sektor pertanian kita tidak semakin punah ya karena banyak alih fungsi sawah maupun ladang menjadi lahan perkotaan. Petani butuh tempat dan kita butuh hasilnya. Btw jarang banget ada anak muda yg mengangkat isu ini, masalah pertanian rasanya terlalu membosankan untuk kebanyakan orang. Sukses ya buat km dan teman2mu semoga bisa bikin sajak berantai lagi
BalasHapusAamiin. Terima kasih ya, Kak.
Hapussetahu saya .. kayaknya baru ini ada puisi tentang pertanian ...
BalasHapusmudah2-an dengan puisi2 indah ini .. pertanian semakin maju .. indonesia menjadi swasembada pangan ...
Aamiin. Terima kasih ya :)
Hapusnice prosanya, begitulah alam tak ada yang menjaga, tanah pertanian semakin sempit, siapa yang akan menjaganya kalau bukan kita???
BalasHapusBenul sekali!
Hapuskeren kak
BalasHapusaqua dan anda
BalasHapusIf you are going for best contents like me, just pay a quick visit this site everyday since it provides quality contents, thanks craigslist san antonio
nyentuh bangget kata katanya kak..
BalasHapusasian games 2018