5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca

07.45 Awaldi Rahman 10 Comments

Durasi Baca: 5-6 Menit

Selamat hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Ah, biasanya saya memulai kalimat sapaan tersebut kiranya di pertengahan postingan #ProsaSelasa. Tetapi perkenankan kalimat sapa tersebut saya sisipkan di awal sekaligus mengawali pada tulisan kali ini.
Tentu para sahabat pembaca blog saya merasa sudah tidak asing lagi dengan #ProsaSelasa, bukan? Ya, salah satu rubrik mengenai prosa-prosa yang diterbitkan setiap hari Selasa –meskipun belum rutin setiap pekannya semenjak kali pertama diterbitkan. Prosa yang bisa dibilang bahasannya akan menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan. Hal itu bisa tergambar dari beberapa prosa yang sudah berhasil atau bahkan nantinya dinikmati oleh sahabat pembaca sekalian.
Kiranya, selama enam bulan umur blog saya yang baru ini, sudah berhasil tercipta sembilan #ProsaSelasa beraneka ragam temanya. Dengan jumlah yang terbilang demikian, bisa dikatakan bahwa hal itu masih jauh dari kata ‘produktif’. Bahkan, saya belum puas diri telah menerbitkan sembilan prosa. Namun, saya –pun karib saya– tetap bersyukur bisa menciptakan prosa-prosa yang terbilang luar biasa karyanya. Besar harap saya, esok atau lusa akan tercipta lebih banyak lagi prosa di hari Selasa yang tak kalah luar biasa dibanding sebelumnya.

Kabar baiknya, pada tulisan kali ini saya akan membocorkan sekaligus mengulas kembali sedikitnya “5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca” oleh sahabat pembaca sekalian. Sudah penasaran prosa apa saja, bukan? Langsung saja ya disimak! Here they are.
1.    Sajak Agroekosistem


Prosa yang satu ini kurang lebih membahas seputar kondisi pertanian terkini. Oleh karena itu, tak perlu diragukan lagi jika prosa ini menempati urutan tangga pertama prosa yang paling banyak dibaca oleh sahabat sekalian.
Mengapa dikatakan begitu? Fakta mirisnya, ketika tulisan ini dibuat pun masih banyak segelintir orang –bahkan bisa jadi saya sendiri yang kuliah di Fakultas Pertanian– belum akrab dan kurang aware terhadap sektor pertanian. Sense of awareness-nya masih kurang. Mengutip apa yang telah saya tuliskan pada filosofi prosa ini,

“Padahal, banyak harapan dari apa yang ditanam oleh para petani. Padahal, sejatinya hidup kita tak terlepas dari segala komoditas pangan pada setiap harinya, bukan? Rasanya, selama manusia masih butuh makan, sektor pertanian akan selalu dibutuhkan dan dicari”.
Respon dari sahabat pembaca pun cukup antusias dan tak kalah menariknya. Misalnya ada komentar dari Bang Doni Jaelani, “Duh, gue sebagai lulusan kampus pertanian merasa tergugah ini. Emang sih, sekarang pertanian kita enggak kayak dulu lagi. Soalnya, Indonesia lagi ada di masa transisi dari negara agraris ke negara industri. Jadi, semakin sedikit sawah dan ladang. Di sisi lain, semakin banyak juga bangunan-bangunan perindustrian”. Masih banyak lagi komentar yang tak kalah menariknya. Masih ada harapan-harapan yang ingin mereka coba bangun dan realisasikan. Ah, semoga saja strata pertanian di negeri ibu pertiwi ini semakin baik seiring perkembangan zaman.
Jadi, setuju dong jika prosa ini paling terbanyak dibaca?

2.    Semoga Tidak Lagi Terjadi



Prosa yang menempati urutan kedua ada “Semoga Tidak Lagi Terjadi”. Prosa ini sebagai bentuk keresahan seseorang yang mewakili keresahan banyak orang. Prosa mengenai siap atau tidaknya menjadi sebuah negara maju. Berbicara tentang nasib bangsa. Selain itu, berbicara juga tentang harapan-harapan untuk tanah air, Indonesia.
Prosa yang tercatat rampung pada Januari 2015 ini setidaknya membahas dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat, politik dan ekonomi. Apabila dibandingkan dengan Sajak Agroekosistem, mungkin akan terlihat berbeda sekali makna yang tersiratnya. Di sini saya bersama karib saya mencoba untuk berekspresi lebih blak-blakan. Terinspirasi dari sebuah syair karya Taufik Ismail yang berjudul, “Malu Aku Jadi Orang Indonesia”. Namun, jantung prosa ini tetap berada pada di mana harapan-harapan akan sebuah kebaikan yang begitu didamba oleh khalayak ramai.

3.    Tentang Waktu



Dalam antrean ketiga ini berhasil ditempati oleh prosa berjudul Tentang Waktu. Prosa yang dibuat bukan dalam bentuk bait demi bait seperti biasanya melainkan dalam bentuk kontemporer.
Melalui kisah-kisah para sahabat nabi, saya mendapatkan inspirasi sehingga terpikirlah untuk membuat prosa yang bertemakan waktu. Singkatnya, suatu ketika Rasulullah SAW sedang memberi petuah kepada para sahabat-sahabat agar mereka lebih berhati-hati terhadap dua hal, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang. Oleh karena itu, Rasul bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).
Eh, sekarang sudah jam berapa ya? *Mendadak tanya jam*

4.    Paramasastra Ekonomi



Apakah pernah terbayang di benak sahabat, belajar suatu mata pelajaran melalui sebuah prosa? Sebuah prosa yang menjadi mediatornya? Jika belum, ini merupakan salah satu bukti metode pembelajaran yang baru. Barangkali bosan dengan cara biasanya dan membutuhkan sebuah pembaharuan dalam cara belajar, ini salah satu solusi yang tepat hehehe.
Paramasastra sendiri menurut KBBI adalah tata bahasa, kaidah tentang suatu bahasa. Jadi, katakan saja bahwa paramasastra ekonomi ini adalah pembelajaran ekonomi melalui gaya tata bahasa sastra. Keren, bukan?
Metode tersebut tidak hanya berlaku pada mata pelajaran ekonomi saja. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Barangkali merasa kesulitan dengan matematika, coba aplikasikan metode ini dan rasakan sensasinya. Siapa tahu jodoh?

5.    Rindu Tiga Belas Baris



Di urutan terakhir tangga prosa yang paling banyak dibaca ada prosa bertemakan rindu. Tiga belas baris tentang rindu dari berbagai perspektif. Jadi, bisa dikatakan bahwa rindu yang coba disampaikan di sini tidak hanya memiliki satu makna mutlak. Tetapi masih banyak tafsiran dari berbagai sudut pandang mengenai rindu itu sendiri.
Adakah sahabat pembaca sekalian yang sedang merindu?

Nah, itu dia bocoran sekaligus ulasan singkat mengenai 5 #ProsaSelasa Paling Banyak Dibaca oleh sahabat pembaca sekalian. Berbicara tentang prosa yang paling disukai, saya sendiri entah mengapa jatuh cinta pada prosa “Sajak Agroekosistem”. Saya merasa jatuh cinta pada proses pembuatan prosa tersebut. Di mana saya merasa membuat prosa dengan hati banget hahaha. Padu antar-kalimat dan antar-baitnya pun boleh dibilang saling berkorelasi satu sama lain. Intinya, saya suka dengan prosa yang pertama kali diterbitkan itu. Kalau kamu?
Which #ProsaSelasa is your favorite? Sharing, please :)



10 komentar:

  1. kalau saya sih suka semuanya :) terakhir main kesini kayaknya belum .com ya awal?
    sekarang udin .com aja
    konsisten terus yaa nulisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sudah cukup lama mengganti jadi top level domainnya, Mbak.
      Berarti sudah cukup lama tak berkunjung kesini ya, Mbak.
      Aamiin, konsisten. Harus!

      Hapus
  2. Setiap Selasa gue selalu baca Prosa Selasa. Kalo sebelum-sebelumnya, mungkin belum kali ya. Pokoknya selalu ngikutin deh. Paling menggugah emang yang tentang pertanian. Tapi, kalo yang berkesan buat gue adalah.... jeng jeng.. Rindu Tiga Belas Baris.

    Btw, baru aja kemarin nemu artinya filantropi. :))

    BalasHapus
  3. Yang nomer 5, Tiga Belas Baris kayanya bagus. Belum dibaca tapi euy..

    BalasHapus
  4. Kelima prosanya bagus bang. Tapi yang ngena ke aku prosa tentang waktu :)
    Ngajarin kita betapa berharga waktu untuk tidak diisi dgn hal yang nggak ada manfaatnya.
    Dua hal yg terlupakan. Nikmat sehat dan waktu senggang. Dats right :))

    BalasHapus
  5. Aku sukanya pusi nggak suka prosa :') Tapi prosa banyak macamnya ya ternyataaa. Jadi tau deh skarang, makasi sharingnya yaaaa

    BalasHapus
  6. Aaaak baru tahu ada beginian. Seruu nih. Dan yang pertama itu sih kayaknya bagus. Sesama anak pertanian.Toss! \:D/

    BalasHapus
  7. Prosa yang pertama kalau nggak salah pernah aku baca sambil pake flow gitu, dibawa ngerap. Hahahahahaha. Btw berkat prosa kamu ini, aku dapat banyak kata-kata yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Kosakataku bertambah deh. Makasih ya, Di! :D

    BalasHapus
  8. Aku suka yang prosa ketiga, tentang waktu!
    Suka banget sama puisi-puisi dan prosa, nanti aku baca yang lain deh :D

    BalasHapus
  9. Aku masih berapa kali ya berkunjung ke sini... Hehe.. jadi belum begitu tahu juga.
    Tapi, kalau secara general setiap prosa selalu memiliki ketertarikan sendiri sesuai apa yang sedang aku rasakan.
    Kalau sedang suka rindu, pasti baca prosa rindu akan lebih hidup dan menyenangkan dibandingkan yang lainnya. Begitupun seterusnya karena masing-masing menurutku memiliki rasa sendiri.

    BalasHapus