#ProsaSelasa: Filantropi Lain Hati

22.01 Awaldi Rahman 16 Comments

 

“Filantropi Lain Hati”
Durasi Baca: 5-5 Menit

Bersamaan detak-detiknya waktu
Terlintas indah itu pada wajah tersenyum
Seakan tersihir pesona dalam bayangmu
Isyarat bahwa akulah sang pengagum

Berpapasan kita tapi tidak saling tatap
Di depan outlet di sebuah pusat belanja
Lirikku pada wajah senyummu sekejap
Dan yang demikian itu kurekam secara sempurna

Dalam diam berdegup kencang hatiku
Melihat binar bola matamu di keramaian
Dalam diam aku hanya bisa memandangmu
Berjalan santai menjauh dengan perlahan

Perlahan aku mulai mengerti
Mengerti aku tak bisa memungkiri perasaan
Perasaan yang tersirat di dalam hati
Hatiku nampak terjangkit cinta sejak awal pandangan

Semua itu menghantarkanku pada bahagia
Meski aral gendala menjadi jurang pemisah
Namun, bagiku mengagumi bukanlah sebuah dosa
Melainkan melipur hati yang gundah

Gundah aku untuk berkata terus terang
Terang saja, bayangmu dihatiku bertahta
Mengambil alih kuasa diri ini terbilang
Dalam mimpiku di dunia ini hanya ada kita berdua

Apa dayaku jika tak sesuai dengan praduga
Rasa yang lama terpendam, tak tersentuh
Apa dayaku jika berbeda realitanya
Puja rasa yang terbendung, tak terengkuh

Aku mengagumimu, kamu mimpiku
Citra manis di kisah filantropi romansa
Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu
Citra manis untuk kisah filantropi berbeda

Mungkin ini memang sulit tuk diartikan
Aku juga sukar untuk menerjemahkan
Kisah kasih akan seseorang yang kukagumi
Ternyata menyimpan kagum pada lain hati

HIA – MAR
Sudan – Sumedang
25 Februari 2016

-0-0-0-

Baca #ProsaSelasa sebelumnya: Hanya Mengenangmu
Filosofi #ProsaSelasa: Filantropi Lain Hati
Selamat hari Selasa para penikmat #ProsaSelasa!
Berbeda dari #ProsaSelasa sebelumnya, kali ini kami mencoba mengambil tema yang bisa dibilang sedikit melankolis dan cukup membuat pembacanya diselimuti rasa galau. Saya, selaku penulis tidak mau bertanggungjawab akan efek samping yang dirasakan setelah membaca prosa kali ini ya hahaha.
Inspirasinya, datang dari rekan-rekan dalam satu organisasi. Sekitar bulan Februari lalu, saya dihadapkan pada sebuah kegiatan yang bernamakan Latihan Dasar Organisasi (LDO). Pada kegiatan tersebut, saya bersama rekan satu bidang, Penalaran dan Keilmuan (PK), diminta untuk mempersiapkan sebuah penampilan yang nantinya akan ditampilkan pada malam keakraban. Setelah berdiskusi, diambil kata sepakat bahwa kita akan menampilkan pembacaan puisi secara bergantian atau puisi berantai. Tema yang diambil adalah mengagumi seseorang yang ternyata orang tersebut mengagumi orang lain lagi. Terlebih lagi, saya yang diminta untuk membuatkan puisi tersebut. Akhirnya, saya kembali mengajak karib saya untuk bersama menggarap tantangan pembuatan puisi tersebut. Alhasil, setelah menghabiskan waktu kurang lebih sehari, kami berdua sukses merampungkan prosa ‘Filantropi Lain Hati’ ini.
Setelah itu, saya kirimkanlah prosa tersebut kepada rekan-rekan PK untuk diminta tanggapannya terlebih dahulu. Tanpa diskusi panjang lebar, mereka sepakat-sepakat saja dengan apa yang telah dibuat oleh kami berdua.
Sesekali mencoba membaca secara bergantian sesuai dengan urutan yang telah disepakati sebelumnya. Hingga pada akhirnya, saya bersama rekan-rekan PK sukses menampilkan puisi berantai tersebut. Bahkan, penampilan tersebut menjadi satu dari tiga nominator penampilan terbaik. Luar biasa!
Ya, semua itu bermula karena sebuah pertemuan tanpa disengaja di depan sebuah outlet pusat perbelanjaan. Terekam sempurna kejadian tersebut menjadi sebuah kenangan. Waktu itu, dia tersenyum dengan manis mengalihkan, membuat hati berdegup kencang dalam keramaian. Perlahan, tercipta rasa kagum atau bisa jadi lebih di hari keesokan.
Namun, ekspektasi tak sepihak dengan realita.
Aku mengagumimu, kamu mimpiku. Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu”. Ah, rasanya kalimat itu terasa begitu menyesakkan di dada. Di saat kita berharap ingin memilikinya dan ingin bersamanya. Namun, dia ingin bersama yang lain. Bersama orang yang dikaguminya. Oh, so sad.
Nah, apakah kamu pernah merasakan hal serupa?

Lantas, bagaimana kamu menyikapinya?

16 komentar:

  1. Ini nyesek parah. Saat kita bener-bener berharap pada dia, tapi dia berharap pada yang lain. Kenapa kita harus terjebak pada posisi kayak gini? Uuuh, nelangsa. :')

    Cewek-cewek selanjutnya yang berkomentar bakal ngerasain juga hal yang sama kayaknya. Karena banyak di antara mereka yang jadi pemuja diam-diam.

    Btw, ada diksi yang ngasih pembaruan kosakata nih. Filantropi dan gendala. Belum pernah dengar sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, tentunya kita sih berharap punya jalan cerita cinta yang tak seperti itu ya, Rob.
      Secret admirer? Duh, kalau harus dipendam sih menurutku gak enak banget sih. Pernah banget merasakan hal gitu soalnya.

      Thanks, Rob!

      Hapus
  2. nyesek parah siii puisinya :((
    gak salah deh kalo masuk 3 terbaik.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Apabila terjadi kebaperan itu di luar tanggung jawab penulis ya hahaha.

      Hapus
  4. Duh. Kata-katanya. Penyusunannya cantik tapi bikin ngerasa miris.

    “Aku mengagumimu, kamu mimpiku. Tapi kamu mengaguminya, dia mimpimu”. Kagum bertepuk sebelah tangan, ya, Di :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, kurang lebih begitulah gambarannya, Cha.

      Hapus
  5. Yang dikagumi, mengagumi orang lain. Enak yah di posisi mengagumi, enek maksudnya :(
    Keren di, udah lama euy gak bikin ginian haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih enak lagi kalau dikagumi balik ya, Bang Er.
      Thank you, Bang! Hahaha.

      Hapus
  6. ya, melankolis sekali pujangga :) cinta diam-diam yang bertempuk sebelah tangan, pedih memang. suka sama orang, tapi orangnya suka sama orang lain itu memang pedih. apalagi, kalau "orang lain" nya itu adalah sahabat kita sendiri. fuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh, itu lebih dari sekadar jleb sih. Tapi, udah jleb banget hehehe.

      Hapus
  7. Tisu tisu serebuan masih anget
    Tisu tisu

    Saya sering ngalamin bang di mini
    market
    Kasirnya selalu senyum saya tiap saya dateng
    Ini cocok buat kasirnya

    BalasHapus
  8. Meski aral gendala.. gendala itu apa sama dengan kata kendala?
    Dek filantropi itu apasih artinya?
    dududu aku suka bikin puisi, tapi karna lama ga bikin rasanya vocab ku maskin miskin deh.

    Waah 3 terbaik yaa..! selamat
    Tapi cerita dalam puisi ini memang gak begitu baik ya, karna bikin baper.

    Aku pernah kok begitu,
    Malah udah jadi pacar.
    tapi dia masih suka mantannya
    *eeaaa *eaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sama, Kak. Gendala itu memiliki makna yang sama dengan kendala.
      Kalau tidak keliru, filantropi itu em, semacam cinta kasih gitu deh.
      Wah, lewat baca menurutku juga salah satu upaya meningkatkan vocab kita loh, Kak.

      Duh, itu sih gagal move on sama yang lama ya.
      Heu, miris sih kalau begitu ceritanya.

      Terima kasih ya! :)

      Hapus